Mohon tunggu...
RAI Adiatmadja
RAI Adiatmadja Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Saya ibu rumah tangga yang gemar menulis. Memiliki fokus lebih dalam terhadap parenting dan kondisi generasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tawuran Pemuda: Krisis Identitas dan Kegagalan Sistem Kehidupan

10 Oktober 2024   07:00 Diperbarui: 10 Oktober 2024   08:06 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Penulis: Rizka Adiatmadja
(Penulis Buku & Praktisi Homeschooling)

Pemuda adalah harapan bangsa. Pundak mereka menjadi tempat bergantung suatu bangsa. Indonesia memasuki era awal bonus demografi artinya jumlah penduduk berusia produktif (15–64 tahun) lebih besar dibanding usia penduduk yang tidak produktif (65 tahun ke atas).

Namun, apa hendak dikata jika pemuda kita hari ini banyak yang hancur sebelum berkembang, runtuh sebelum berjuang, dan rubuh sebelum bertumbuh. Kerusakan melumpuhkan eksistensi mereka. Banyak pelaku kriminal adalah pemuda bahkan ada yang terkategori anak di bawah umur. Semakin liar dan abnormal. Apa gerangan yang terjadi?

Dikutip dari okezone.com (30/9/2024) – Jajaran Polsek Metro Jakarta Pusat mengamankan 31 pelajar (14–19 tahun). Ditemukan berbagai senjata tajam dan air keras. Jumlah pelajar 31 orang mengendarai 20 sepeda motor. Jumlah tersebut baru sepertiga dari konvoi yang seharusnya, diperkirakan sekitar 60 sepeda motor.

Berita tawuran yang tak kalah mencengangkan, bukan sekadar kenakalan remaja biasa, tetapi perbuatan kriminal yang sudah tidak bisa diabaikan. Dikutip dari detik.com (20/9/2024) – Polrestabes Semarang dan Pemerintah Kota Semarang sepakat untuk melakukan langkah serius agar tawuran antargeng bisa dicegah. Biasanya para gangster (kelompok berandalan di Kota Semarang) saling menantang di media sosial dan tawuran menggunakan senjata tajam.

Kegagalan Sekularisme dan Kapitalisme

Data di atas hanya bagian kecilnya saja dari kondisi dan jumlah tawuran yang semakin marak di kalangan pemuda termasuk pelajar. Jika ditelusuri, kasus tawuran ini memiliki beberapa penyebab.

Di antaranya: ada permasalahan di keluarga, pergaulan yang tidak tertata, lingkungan masyarakat yang tidak serius menjaga, sanksi yang diberikan pun tidak melahirkan efek jera, dan tentunya ini adalah kegagalan pendidikan yang terpampang nyata. Mayoritas keluarga hari ini tidak memahami secara hakikat tentang peranan masing-masing di keluarga. Banyak orang tua yang abai sehingga tidak mampu menjaga buah hatinya dengan penjagaan yang sebaik-baiknya.

Hal yang mereka tahu hanya sebatas mencari materi. Sebab, hal yang dipahami adalah segala sesuatu membutuhkan materi sehingga waktu dihabiskan hanya berkutat di urusan nafkah dan finansial. Momen penting untuk mendampingi buah hati kerap dikesampingkan.

Ya, sekularisme menjadi penyebab kerusakan yang terjadi dan ketimpangan peranan hari ini, tidak mampu memanusiakan manusia. Pendidikan yang berbasis pada pemahaman sekuler tentu akan melahirkan pribadi yang keblinger. Bagaimana tidak, bukankah rem hidup manusia adalah iman dan takwa?  Hari ini rem dan filter tersebut dijauhkan dari langkah-langkah manusia. Alhasil, yang dituai hari ini oleh kita adalah berbagai bencana moralitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun