Filsafat merupakan satu kata yang cukup familiar di kalangan akademisi. Berfilsafat berarti berupaya mencapai suatu kebenaran. Filsafat merupakan ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan secara mendalam hingga mencapai hakikat dari situasi tersebut (Saragih et al., 2021).Â
Menurut seorang filsuf bernama Cicero (146 -- 43 SM), filsafat merupakan induk dari segala pengetahuan. Salah seorang filsuf lain bernama Sang Plato mengungkapkan bahwa filsafat merupakan pengetahuan tentang segala yang ada. Berangkat dari pernyataan para filsuf, dapat kita maknai bahwa filsafat ada pada segala aspek kehidupan.
Filsafat banyak terbagi dalam cabang-cabang ilmu. Filsafat bila ditinjau berdasarkan penerapannya pada aspek kehidupan manusia dapat dibagi menjadi: 1) filsafat pendidikan; 2) filsafat hukum; 3) filsafat ilmu; 4) filsafat sejarah; 5) filsafat kebudayaan; 6) filsafat politk; 7) filsafat kesenian; 8) filsafat agama, dan lain sebagainya (Saragih et al, 2021). Pada bahasan artikel ini, akan khusus membahas penerapan filsafat pada dunia pendidikan.
Filsafat pendidikan terbagi kedalam tiga kajian utama. Kajian tersebut yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi merupakan ilmu yang membahas hakikat yang ada (Suaedi, 2016).Â
Dalam dunia pendidikan ontologi dapat direpresentasikan dengan pertanyaan "apa objek pengetahuan yang akan dibelajarkan kepada peserta didik?". Selanjutnya, kajian epistemologi membahas tentang bagaimana proses mendapatkan pengetahuan, hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar (Bahrum, 2013).Â
Berkaitan dengan dunia pendidikan kajian epistemologi dapat direpresentasikan dengan pertanyaan, "bagaimana membelajarkan objek pengetahuan kepada peserta didik?" atau "metode apa yang tepat untuk membelajarkan objek pengetahuan?". Â Kajian berikutnya yaitu aksiologi yang secara etimologi berarti ilmu tentang nilai. Dalam dunia pendidikan, kajian aksiologi dapat digambarkan melalui pertanyaan, "mengapa objek pengetahuan tersebut perlu dibelajarkan?" atau "apa kegunaan objek kajian tersebut bagi peserta didik?.
Profesi guru sebagai pendidik dalam membelajarkan objek pengetahuan tidaklah boleh terlepas dari tiga kajian filsafat ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Dalam berbagai praktek pengajaran, guru terkadang melupakan aspek aksiologi. Seringkali guru hanya melakukan aspek ontologi dan epistomologi. Misalnya saja, guru hanya sibuk untuk menyusun materi ajar dan memikirkan metode ajar tetapi terkadang melupakan apakah pengajaran tersebut memberikan manfaat atau nilai bagi peserta didik.
Aspek aksiologi dalam bidang pendidikan dapat dipenuhi salah satunya dengan melakukan pembelajaran bermakna. Pembelajaran yang bermakna menempatkan peserta didik sebagai subjek aktif yang berpikir dan berdaya cipta, bukan objek pasif yang berimitasi dan berkomsumsi belaka (Wahyono, 2019). Proses belajar pada pembelajaran bermakna pada dasarnya bukan hanya memberikan materi pembelajaran tetapi memberikan pemahaman (head), penghayatan (heart), dan pengalaman (hand) (Fathurrohman, 2017). Jadi pembelajaran bermakna menempatkan peserta didik sebagai subjek aktif yang mengontruksi pengetahuaanya sendiri. Dengan menerapkan pembelajaran bermakna diharapkan peserta didik dapat benar-benar mendapatkan suatu nilai atau manfaat dari ilmu yang sedang dibelajarkan. Terdapat makna yang dapat digunakan peserta didik untuk mendukung jalan kehidupannya sebagai seorang individu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sitompul (2022), di era modern ini masih banyak guru-guru yang melakukan pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah. Tentunya hal ini mengurangi esensi pembelajaran bermakna dan aksiologi pendidikan itu sendiri.
Daftar Pustaka
Bahrum. 2013. Ontologi Epistemologi dan Aksiologi. Jurnal Sulesana 8(2)
Fathurrohman, M. (2017). Belajar dan Pembelajaran Modern. Yogyakarta: Garudhawaca