"Kau belahan jiwaku. Kini aku sendiri hampa ku sadari. Begitu sangat beda perasaanku disaat memelukmu dengan tulus."
Kali ini saya mengaku, Gigi benar. Hanya beberapa ratus langkah saja, saya menyerah. Rasanya sulit untuk berkata baik-baik saja. Oh God....
"Satu ungkapan tentang tali kasih dan cinta putih, suci adanya.
Sangat aku sadari nafasku dan cintaku hanya untuk dirimu."
Yang hendak dikatakan Gigi, barangkali kita mengerti, ribuan kalimat janji tak begitu mampu menenangkan;
"begitu sangat beda perasaanku disaat memelukmu dengan tulus."
Ada sesuatu yang tak selalu sempat terbahasakan dari sebuah pelukan. Ya pelukan: "Satu ungkapan tentang, tali kasih dan cinta putih, suci adanya." Janji yang tak verbal tapi kita saling meng-iyakan.
Jauh sebelum ini semua, Nabi Adam sudah dulu mengerti. Manusia yang pertama kali merasakan galau ini harus rela tepisah dari kekasihnya Hawa. Adam diturunkan di Sarandeep (india) dan kekasihnya Hawa di Jeddah (saudi arabia). Mereka kembali bertemu setelah sekian lama terpisah di Jabal Rahman dengan saling berpelukan.
Saya membayangkan Adam dan hawa saling berpelukan dan menangis. Rindu yang sekian lama tertangguhkan, begitu juga kesepian yang pahit telah sampai dipertemuan. Tak ada yang sempat dikatakan. Kata-kata telah tertanggal. Dalam kerinduan, mereka saling berdekapan. Uh, momen yang sangat sentimentil. Mungkin Tuhan terharu.
Reff: "Hari-hari terasa sepi. Tanpa ada dirimu disisiku. Jangan berpaling kasih dari hatiku yang kusesali."