Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Fase Pertama di Tahun Baru

6 Januari 2025   00:53 Diperbarui: 6 Januari 2025   00:53 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Tuan, sudah hampir satu tahun. Sejak kita tak pernah lagi saling intip cerita. Kita mulai fokus dengan kehidupan masing-masing. Sebenarnya dulu juga begitu, bedanya sekarang kita tak lagi bisa saling beramah tanah. Hanya bisa mengintip sesekali dari kejauhan. Itupun jika terlihat. 

Tuan, berbulan-bulan aku tak bisa melihatmu. Kau hilang betul-betul hilang. Setiap hari, ku cek di flatprom magenta itu tentang kabarmu. Namun, tiada kau memperbaharui informasimu. Apakah kau masih hidup tuan? 

Tuan, Aku jatuh. Jatuh sejatuh-jatuhnya, tahun kemarin adalah fase terberat bagiku. Beragam ujian aku hadapi sendirian tuan. Sedang hatiku, masih berkelana mencari-cari bagaimana kabarmu? Sepertinya memang. Masih ada sisa-sisa rasaku padamu tuan. 

Saat di fase itu, mengetahui kau menghilang bahkan sebelum kita betul-betul bertemu dengan leluasa. Sangat menyakitiku. Belum lagi ujian-ujian yang aku Terima tuan. Tuan, aku berkelahi dengan orangtuaku, aku dihina oleh teman-temanku, kuliahku berbatasan tuan. Ekonomiku semakin merosot, aku depresi berkelanjutan. Entah kepada siapa ingin ku bagikan. Syukur saja, Imah sahabatku adalah pendengar yang baik dan tidak mau Mendjud. Syukur pula, aku berada diantara perempuan-perempuan muslimah. Sehingga, saat aku betul-betul Futur, aku diarahkan kembali ke tempat yang benar. 

Sama sepertimu tuan, aku juga manusia. Di Desember tahun kemarin, air mata kubnedung di sebuah kamar mandi aula kampus. Saat aku tak tahan lagi, ketika seorang teman mencoba merendahkaku hanya karena aku belum lulus kuliah. 

Aku menangis, sebab ini adalah yang kesekian kalinya ia lontarkan perkataan itu. Tekanan dari berbagai masalah dan dari berbagai orang. Membuat aku muak untuk hidup, namun lagi-lagi tuan, circle-circle muslimah ku menyadarkan siapa aku. 

Aku adalah Zahra Zakiatunnisa, penulis cerpen, aktivis dakwah dan pembela nomor s Palestina. Akhirnya saat stress membuatku futur, iman membangkitkan ku lagi. Bah a ada tugas dakwah yang masih harus dilanjutkan. 

Awal tahun ini, adalah fase baru hidupku. Awal dimana aku mulai seperti biasa  mulai semangat lagi mulai membara-bara lagi. Dan yang pasti, mulai mencoba melupakanmu. Namun tuan, bagaimana bisa aku melupakanmu. Sementara kau sudah aku abadikan di setiap hari-hariku. Bahkan mereka yang benar-benar bersamaku, iri karena tidak bisa se abadi dirimu di tulisanku. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun