Akhir tahun di malam minggu, ketika bumi diluar sedang turun hujan deras. Aku malah merindukanmu tuan. Aku tahu, aku tak pantas untukmu memikirkanmu lagi. Sejujurnya, aku juga malu pada diriku. Mengapa susah sekali melupakanmu tuan.Â
Saat kita bertemu untuk pertama dan terakhir kalinya. Waktu kau bilang kau punya rasa padaku, dan saat aku bilang menikahlah dengan dia. Hari ini ingatan kejadian itu kembali. Hingga kini, kita belum pernah bertemu lagi. Dimana kau sekarang tuan? Apa kabarmu? Sekarang kita sudah benar-benar tak pernah bersua bahkan sekalipun di sosial media.Â
Kuharap kau selalu dalam lindungan Allah. Kuharap sekarang kau menjadi lebih baik. Kuharap, kau lebih dekat dengan Allah setiap harinya. Jangan lupa Allah ya tuan.Â
Tuan, tahu tidak? Tadi barusan suara petir bergemuruh. Menakuti jari jemariku untuk menuliskan rinduku padamu. Tapi, rindu ini tak bisa ku padamkan. Hanya bisa padam, saat aku sudah tulis menjadi untaian kalimat . Berharap, suatu hari meskipun kau tak sadar. Kau bisa membaca ini.Â
Tuan, mungkin sekarang kau sudah bekerja dengan penghasilan yang mapan. Atau kau dudah menikah dan punya anak yang lucu. Mungkin kau sudah melakukan banyak hal, mencapai banyak hal dalam hidupmu. Sementara waktuku, masih berhenti pada satu nama yaitu dirimu.Â
Berkali-kali aku minta maaf kepada Tuhan. Agar Dia mengampuniku, atas perasaan yang tak pernah padam ini. Kemarin sebum pertemuan kita itu, cintaku padamu sudah lenyap. Lalu, muncul kembali saat kau mengutarakan rasa kala itu.Â
Tapi, apakah halal bagiku memikirkanmu, yang mungkin sudah punya seseorang dalam hidupmu?Â
Tuan...Â
Mungkin benar apa yang pernah kubilang pada story instagramku. "Jika Allah  tidak menakdirkanku menjadi madrasah untuk anak-anak kita, mungkin aku akan menjadi guru untuk anak-anakmu"Â
Tuan, sekarang aku sedang menunggu bagaimana rencana Tuhan selanjutnya. Apakah akan ada episode pertemuan kita lagi? Apakah nanti anak-anakmu akan hadir mengobati luka kerinduanku padamu? Atau Allah ingin aku sembuh, menemukan orang yang lebih pantas untuk ku. Entahlah tuan..Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H