Percuma jika kamu menerangi tempat yang sudah terang, ia akan tetap terang. Yang butuh cahaya itu adalah kelegapan. Dan jika tak ada kegelapan dihidupnya, untuk apa kamu hadir sebagai pelita? Mau sebanyak apa pun kamu berusaha cahayamu tak akan dianggap olehnya. Sampai cahaya di tempat itu redup, hingga cahayamu satu-satunya yang akan dia lihat.Â
Namun, tega kah kau jika cahaya-cahaya di ruangan itu redup? Dan sudi kah kau, kau hanya dianggap sebagai pelita pengganti olehnya? Dia adalah berlian dengan balutan kain lembut selembut sutra. Sementata kamu, kamu adalah Batu yang hidup di antara goa-goa. Kamu kesepian dan kegelepan, yang menemanimu adalah hewan toxsic seperti ular berbisa.
Sementara dia, Dia gembira ria bersama orang-orang berkelas yang Mengejar-ngejarnya. Banyak yang mengasihinya. Karena tak mudah mendapatkan berlian sepertinya. Tak usah banyak mimpi! Batu, bila ditemukan oleh orang sekreatif apa pun. Kelasnya akan tetap sama, kamu akan tetap jadi batu dengan ukiran apa pun itu. Mungkin hargamu akan jauh meningkat ketika orang yang tepat menemukanmu.Â
Tapi, kamu tidak bisa bersaing dengan berlian. Karena jika dia rusak hancur selebur-leburnya. Serpihannya akan tetap berharga dan bahkan jika kamu buang ke tempat paling kotor di dunia, ia akan tetap istimewa. Jadi, jika kamu ditakdirkan sebagai batu, terimalah kenyataan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H