Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Selesai Tuan

15 Juni 2024   13:26 Diperbarui: 15 Juni 2024   14:51 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Lalu, kulihat kau bersama wanita itu tertawa gembira. Tiada perasaan bersalah di matamu. Satu-satunya pikiran positif di kepalaku waktu itu. Mungkin kau dan Amel memang sudah menikah.

Maka tak panjang lebar, Aku langsung mundur. Mana mungkin aku masih berharap kepada suami orang? Jika kamu dan dia belum menikah, mana mungkin aku memperjuangkan laki-laki yang sudah mengajak wanita lain berbuat dosa? 

Kau bilang tuan.  Hal yang kau benci adalah berzina. Di depan mata kepalaku sèndiri, kau sudah mendekati zina. Maka, terjawablah seluruh pertanyaanku  tentangmu tuan. Akhirnya Allah, memberikan jawaban yang kutunggu. 

Dengan hati yang teriris kubilang kepada ibu warung itu, untuk membungkus mienya. Karena aku sebetulnya tak selera lagi untuk makan. *

Kamu tahu tuan? Setelah itu, aku jualan dan tak   kuhiraukan apa yang barusan kulihat.  Mulai dari waktu itu, bagiku aku tak mengenalmu. Tak ada cerita diantara kita. 

Maka saat sore, Si Amel lewat dari depan jualanku. Dengan gaya peciccilan dia bercerita dengan teman disampingnya. Barangkali dia kira aku tak mengenalnya. Atau, dia memang sengaja seperti itu, karena kudengar dia sedang antusias menceritakanmu tuan.

Aku  menarik napas dalam. Karena aku, kau, atau pun Amel. Aku tak mengenal kalian sama sekali. Maka kuputuskan untuk tak ikut campur dalam hidup kalian. Kubuang setiap masa lalu. Kuhapus chat Amel yang melabrakku waktu itu. Dan, kuhapus setiap cerita yang pernah kita bagikan bersama tuan. Setiap sinyal-sinyal yang sama sama kita kirimkan.

Aku, kembali menjadi Zahra Zakiatunnisa yang tak punya perasaan apa pun dengan siapa pun. Maka melihat Amel waktu itu, perasaanku biasa saja.*

Tuan, bacalah ini hingga akhir! Karena ini yang terakhir aku menceritakan tentangmu. Maka, tulisanku kali ini agak panjang. Jadi, kuharap kau membacanya hingga selesai. Bila tidak pun, sebetulnya aku tak merugi.  *

Tuan, waktu itu aku dan teman-temanku sedang mempersiapkan acara kajian spesial Palestina. Kudapatkan kabar, kalau Ifan temanku di pecat sebagai marbot di masjidnya. Bisa kurasakan bagaiamana hancurnya hatinya, sebab kutahu dia sudah menganggap masjid itu sebagai rumahnya sendiri. 

Malamnya, aku mengabarkan dia agar dia menjadi moderator diacara itu. Lalu, seperti biasa leluconnya tak ketinggalan. Hanya saja, kurasakan bahwa dia sedang menanggung masalah yang berat. Maka, tak basa-basi kuberi langsung dia semangat tuan. Sebab, dikala aku susah, dia ada untukku. Maka, ini saatnya aku sebagai teman ada untuknya. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun