Minggu, 10 maret 2024. Aku sedang memantau telivisi, saluran berita. Yang memberitakan sidang isbat penentuan 1 ramadan 1445. Antara pukul 19-20.00 wib. Menteri agama akan mengumumkan kapam 1 ramadan. Â
Akhirnya, Pak Menteri mengumukannya. Katanya, ramadan dimulai pada tanggal 12 maret 2024. Meski di beberapa negara muslim sudah melkasanakan ibadah puasa pada 1 maret.Â
Aku mematikan tv. Lalu, mengambil hpku. Seperti biasa, aku bawa hpku ke tempat tidur. Scroll sosmed sebelum tidur. Laly, diberandaku sedang trendnya kemariahan penyambutan Ramadan.
Aku senang dan bahagia. Allah masih memberikan kesempatan buatku untuk bertemu dengan bulan yang penuh dengan keberkahan ini. Bulan yang mulia, bulan dimana Al-quran diturunkan. Aku begitu bahagia. Maha suci Allah, Al-barru yang maha penderma. Atas kebaikan Allah aku bisa melihat bagaimana kemariahan ramadan disambut oleh seluruh umat muslim di dunia.
Lalu, tiba-tiba postingan akun aktivis Gaza, lewat di berandaku. Ada foto seorang anak kecil yang kurus kering, bahkan tulang-tulangnya sudah kelihatan seperti tengkorak.Â
Kubaca caption postingan itu, katanya anak itu salah satu korban akibat kurang gizi. Selama 5 Bulan lebih, Palestina dan Gaza sudah dilanda kelaparan. Â Air bersih di sana di boikot oleh penjajah di tanah itu. Anak-anak banyak yang mati karena kurang gizi. Â
Namun begitu, disisi lain warga Palestina juga demikian bahagia menyambut bulan suci. Â Ketika postingan lain dari akun aktivis Palestina lain, lewat lagi dari berandaku. Â Memeprlihatkan bagaimana bahagianya rakyat Gaza menyambut bulan suci. Senyum, tawa, girang. Seolah-olah mereka bukan warga terjajah. Mereka begitu gembira. Â Seolah-olah penderitaan yang selama ini mereka rasakan telah hilang. Â Maha baiknya Allah, Â mereka mungkin telah merasakan nikmat iman yang luar biasa.Â
Kutemukan arti bersyukur di ramadan tahun ini. Tentang bagaimana seharusnya aku bersikap ketika ramadan tiba. Maha baik Allah, kita masih dipertemukan dengan ramadan di tahun ini.Â
Kita bisa jadi saksi, bagaimana kuatnya ketaqwaan dan iman orang-orang di palestina. Bahkan dalam kondisi seperti itu, mereka tetap berprasangka baik kepada Allah. Mereka mengajarkan arti syukur yang luar biasa. Bahwa Allah, adalah seadil-adilnya hakim.Â
Ramadan tahun ini, mengajarkanku tentang arti bersyukur.  Dimana  dalam kondisi apa pun.  Kita harus, mengedepankan iman dan akidah. Karena jika kita percaya Allah adalah sebaik-baiknya penolong. Maka, bagaimana pun kondisi kita. Allah ada untuk menolong.Â