Mohon tunggu...
rahmi tasari
rahmi tasari Mohon Tunggu... Teknisi - Radiation Protection Officer

Lulusan STTN BATAN Yogyakarta Teknokimia Nuklir dan Magister Hubungan Internasional Paramadina Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kesiapan Indonesia Menghadapi Risiko Nuklir di Semenanjung Korea

14 September 2024   16:25 Diperbarui: 14 September 2024   17:38 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sejak uji coba nuklir pertamanya pada tahun 2006, Korea Utara telah secara konsisten memperluas program senjata nuklirnya. Uji coba nuklir terbaru pada tahun 2017, yang diklaim sebagai bom hidrogen, menunjukkan tingkat kemajuan yang mengkhawatirkan. Selain itu, Korea Utara telah berhasil mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM-Intercontinental Ballistic Missile) yang mampu mencapai daratan Amerika Serikat.

Dalam konteks ini, negara-negara tetangga seperti Jepang dan Korea Selatan merasa terancam dan mulai memperkuat kebijakan pertahanannya, dengan Jepang meninjau ulang strategi pertahanannya dan Korea Selatan meningkatkan belanja pertahanan. Perubahan dari situasi ini berpotensi memicu perlombaan senjata di kawasan, yang dapat memperburuk ketidakstabilan regional dan meningkatkan risiko konflik militer yang dapat berdampak luas secara internasional.

Dari sudut pandang teknis, ancaman ini tidak hanya terbatas pada kapasitas hulu ledak, tetapi juga pada kemajuan teknologi pengiriman senjata nuklir. Ketersediaan dan pengembangan teknologi canggih meningkatkan kemungkinan Korea Utara dapat meluncurkan serangan nuklir secara lebih efektif, yang dapat memiliki dampak destruktif yang besar. Laporan Federation of American Scientists (FAS) 2023 memperkirakan Korea Utara memiliki 40 hingga 50 hulu ledak nuklir, menunjukkan kapasitas yang cukup signifikan untuk menimbulkan kerusakan besar, menambah kekhawatiran mengenai potensi eskalasi konflik. Ancaman ini diperparah dengan sikap Pyongyang yang seringkali tidak kooperatif dalam negosiasi internasional.

Pentingnya Keterlibatan Indonesia

Indonesia, sebagai negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan bagian dari komunitas internasional, tidak dapat mengabaikan potensi risiko dari konflik nuklir di Semenanjung Korea. Dampak dari ketegangan nuklir ini berpotensi merembet ke kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, baik melalui dampak ekonomi, aliran pengungsi, maupun potensi konflik yang meluas. Selain itu, terdapat risiko langsung bagi warga negara Indonesia yang bekerja atau tinggal di kawasan yang terkena dampak ketegangan nuklir tersebut.

Data menunjukkan bahwa ketegangan di Asia Timur dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi regional, yang pada gilirannya berdampak pada perekonomian Indonesia yang bergantung pada perdagangan dan investasi di kawasan tersebut. Misalnya, potensi gangguan jalur perdagangan dan dampak pada investasi dapat mempengaruhi ekonomi Indonesia secara signifikan. Dengan semakin meningkatnya ancaman nuklir, Indonesia perlu mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi oleh warga negara dan aset nasional di kawasan tersebut.

Strategi Pemerintah Indonesia untuk Mengatasi Potensi Perang Nuklir

Dalam menghadapi ancaman nuklir di Semenanjung Korea, posisi Indonesia dapat dianggap strategis dan konstruktif, mengingat perannya sebagai negara dengan komitmen kuat terhadap perdamaian dan stabilitas global. Dari perspektif Hubungan Internasional (HI), Indonesia, sebagai negara non-nuklir dan anggota aktif ASEAN, dapat memainkan peran kunci dalam diplomasi regional dan internasional. 

Dengan memanfaatkan posisinya sebagai anggota Dewan Keamanan PBB dan sebagai salah satu negara pendiri ASEAN, Indonesia memiliki peluang untuk memimpin upaya diplomatik yang mendorong dialog dan perundingan antara negara-negara yang terlibat, termasuk Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, dan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China.

Secara teknis, Indonesia dapat berkontribusi melalui dukungan terhadap perjanjian internasional yang membatasi proliferasi senjata nuklir, seperti Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Indonesia, yang telah menunjukkan komitmen kuat terhadap pengendalian senjata dan non-proliferasi, dapat memperkuat perannya dengan berpartisipasi dalam inisiatif global seperti Forum Internasional untuk Pengendalian Senjata dan verifikasi program. Ini mencakup dukungan untuk pemantauan dan inspeksi internasional guna memastikan kepatuhan terhadap perjanjian pengendalian senjata, serta mendorong transparansi dalam program nuklir negara-negara yang terlibat.

Di tingkat nasional, Indonesia harus mempersiapkan diri dengan rencana darurat yang mencakup strategi evakuasi dan perlindungan untuk warganya yang berada di kawasan berisiko. Ini termasuk mengembangkan mekanisme untuk memberikan bantuan dan dukungan konsuler kepada warga negara yang terdampak dan memastikan adanya koordinasi dengan komunitas internasional dalam merespons potensi krisis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun