Musim kemarau ternyata tidak selamanya menimbulkan penderitaan seperti krisis air bersih hingga cuaca panas diatas rata-rata.
Disisi lain, segelintir masyarakat justru mendapatkan dampak positif dari musim kemarau yang berkepanjangan seperti bagi para petani garam yang ada di Desa Punagaya, Bangkala, Jeneponto, Sulawesi Selatan.Â
Masyarakat setempat yang umumnya bekerja sebagai petani garam mampu memproduksi lebih banyak dibandingkan saat musim hujan.Â
Salah satu petani garam, Basri mengaku pada musim kemarau, ia mampu menghasilkan garam sekitar 40-50 karung dalam sehari dibandingkan pada musim hujan yang hanya bisa memproduksi garam maksimal 5-10 karung per harinya.
Meski begitu, meningkatnya produksi para petani garam tidak sebanding dengan harga jualnya.
Hal ini dikeluhkan Basri, ia mengaku harga garam cukup relatif murah dibandingkan harga bumbu dapur lainnya yakni hanya berkisar antar Rp 40.000 hingga 50.000 per karung.
"Yang menjadi permasalahan kami khususnya petani garam yaitu harga garam yang murah, yakni 40.000 sampai 50.000 per karung", ungkapnya, Sabtu (21/10)Â
Namun, ia pun tetap bersyukur sebab keuntungan yang didapatnya cukup meningkatkan diakibatkan produksi garam yang banyak di musim kemarau.
"Meskipun harga garam terbilang murah, namun omzet yang didapat per hari dirasa lebih dari cukup", pungkasnyaÂ
Citizen Reporter: Rahmi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H