Mohon tunggu...
Rahmi Putri Z
Rahmi Putri Z Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Suka nulis dipojok-pojok buku bacaan. Hobby nya mengamati manusia lainnya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pintar atau Pintar-pintar

20 Agustus 2023   20:44 Diperbarui: 20 Agustus 2023   21:14 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pintar atau Pintar-pintar

Setelah beberapa tahun bekerja di tempat yang sama, tidak salah lagi, hampir semua sikap manusia ditemui di bidang pekerjaan saya.

Manusia dengan mata kasarnya tidak bisa menilai manusia 100% dengan penglihatannya. Akan tetapi, perasaan yang di dalam merasakannya dengan mudah, jika orang yang memilikinya menggunakan perasanya dengan baik.

Dalam pekerjaan, adakalanya pemimpin sangat menyukai satu dua pegawainya, atau beberapa lagi diistimewakan karena memiliki hubungan kedekatan/kekeluargaan. Tapi apakah dengan keadaan tersebut, seorang pemimpin dapat membenarkan sikapnya dalam menjaga perasaan semua pegawainya, yang juga berusaha bekerja sesuai dengan tugas mereka masing-masing. 

Boleh saja menilai orang dari tingkat kinerjanya. Seorang pegawai disenangi oleh pemimpinnya dengan kinerja yang baik, sehingga ia sering ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Tentu boleh. Akan tetapi, hal tersebut tidak pelak, dan tidak seharusnya membuat pemimpin tersebut melupakan cara menghargai pegawainya yang lain yang telah bekerja untuknya.

Tentu, kata jadi pintar tidak harus, tapi jadilah orang yang pintar-pintar. Sering didengungkan ditempat kerja pada masa kini. Hal ini karena banyak kita lihat, orang yang benar-benar pintar sering tidak dihargai, tapi beda dengan orang yang pintar-pintar, mereka mendapatkan penghargaan lebih atas pekerjaan yang mereka perlihatkan, yang mana orang yang benar-benar pintar bekerja sesuai aturan dan SOP mereka, tanpa dan mungkin tidak begitu dipamerkan kepada atasannya, sering tidak diperhatikan bahkan tidak dihargai pekerjaannya.

Apakah jadinya jika hal ini sering terjadi?
Tentu akhirnya para pekerja tersebut akan mengambil keputusan sendiri untuk tidak berbuat lebih atas pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka, tidak berusaha lebih, dan tidak ingin memberi lebih demi pekerjaannya. Toh pekerjaan mereka juga tidak dihargai.

Akhirnya posisi nyaman adalah sebuah pilihan bagi mereka. Bukan berarti mereka tidak ingin memberi lebih, tapi mereka telah selesai dengan fase tersebut dan ingin memilih tidak berusaha terlalu keras demi suatu pekerjaan yang bahkan tidak dihargai atas apa yang mereka usahakan demi pekerjaan mereka.

Di salahkan atas pilihan mereka tersebut?, tentu seharusnya pemimpin yang baik tidak akan mudah menyalahkan bawahannya/pegawainya, karena pegawai adalah tanggungjawabnya. Bentuk bagaimana karyawan bersikap adalah gambaran kemimpinannya. Kebahagiaan pegawai seharusnya adalah bentuk kebahagiaan juga bagi pemimpin, dan kesalahan pegawai adalah suatu hal yang harus menjadi koreksian dan tempat refleksi bagi seorang pemimpin.

Apakah kesalahan mereka lantas menjadi tempat untuk menuangkan kata yang akan menyalahkan, atau sebagai tolak ukur untuk membuat perencanaan dan  pencapaian yang ingin dituju dalam rangka memperbaiki kekurangan.

Semuanya adalah pilihan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun