Manakah yang lebih penting?
Kesadaran anak untuk belajar atau metode belajar yang paling kreatif dan menyenangkan?
Dua hal yang saling bertentangan adalah ketika kita sudah semangat-semangat ingin mengajar, eh tahu-tahunya siswanya tidak paham apa yang kita ajarkan.
Setelah itu yang kita dapat hanya capek dan lelah. Sedangkan anak tidak membawa apa-apa dari apa yang dipelajari.
Kapan anak memiliki kesadaran untuk belajar? Tahu bahwasanya mereka perlu mempelajari ini atau itu?
Beberapa fakta lapangan bahwasanya:
1. Anak-anak akan tertarik belajar ketika mereka suka pelajaran tersebut.
2. Anak-anak akan paham pentingnya belajar jika anak menghadapi lingkungan atau kondisi yang mereka pelajari.
3. Semua anak mungkin belum begitu menyadari pentingnya mereka belajar, karena kebutuhan mereka dalam belajar adalah memenuhi waktu dan tuntutan belajar.
Pertanyaannya...
Apakah guru perlu mengkreasikan metode, pendekatan, dan model belajar di kelas?
Tentu jawabannya...
Perlu, karena dengan banyak metode, pendekatan, dan model belajar, guru akan semakin mendekati apa yang dibutuhkan oleh siswa.
Guru akan bisa menyediakan banyak wadah untuk anak agar bisa mengetahui dan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari, ternyata akan mereka gunakan nantinya.
Namun, apakah hal itu paling utama harus dihadirkan dalam belajar?
Coba kita bayangkan..
Pada zaman dulu, kita sering mendengar bahwasanya guru pada masa dulu sangat ketat dengan peraturan yang begitu disiplin, akan tetapi dengan cara yang klasikal. Namun hasilnya membanggakan, anak-anak nya tumbuh menjadi ahli dan guru bagi murid-murid mereka.
Kesimpulannya, menurut penulis.
Guru perlu bisa menghadirkan berbagai cara untuk menumbuhkan kesadaran kepada anak didik mereka. Akan tetapi, tidak pula meninggalkan cara lama dalam mengajar. Guru masih bisa menggunakannya, asalkan diletakkan sesuai kebutuhan siswa.