Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) merupakan sistem saluran kelistrikan yang memancarkan radiasi elektromagnetik dengan frekuensi sekitar 50 Hz. Dirjen PPM & PL (Depkes RI, 2002) menyatakan bahwa SUTT merupakan salah satu sumber radiasi buatan yang berpotensi menimbulkan radiasi gelombang elektromagnetik. Sementara menurut WHO dan IDI (Ikatan Dokter Indonesia), medan elektromagnetik berpotensi menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi manusia, antara lain terhadap sistem darah, sistem kardiovaskular, sistem saraf maupun sistem reproduksi serta cenderung menimbulkan kanker (Anies, 2007). Di dalam spektrum gelombang elektromagnetik, radiasi elektromagnetik yang berasal dari SUTT (power line) dikategorikan sebagai extremely low frequency (ELF). Gelombang tersebutmerupakan gelombang non-ionisasi yang tidak mampu mengionisasi maupun memanaskan partikel yang dilaluinya, akan tetapi dapat diperkirakan dapat mempengaruhi muatan partikel di sekitarnya.
Pembangunan SUTT semula diupayakan untuk melewati kawasan di luar area pemukiman penduduk. Akan tetapi, pembangunan jaringan transmisi listrik yang terus berkembang disertai pula dengan permukiman penduduk yang semakin berkembang. Akibatnya, pembangunan SUTT seringkali harus melewati kawasan permukiman atau area di sekitar permukiman penduduk. Dalam Soemirat (2010), terdapat kriteria yang dikemukan oleh Hill untuk menentukan adanya efek yang disebabkan suatu agent tidak hidup terhadap kesehatan, yaitu sebagai berikut:
- Harus didapat asosiasi statistik yang kuat antara agent potensial
- Asosiasi harus konsisten pada orang, waktu, tempat, dan kondisi yang berbeda
- Asosiasi harus spesifik
- Harus ada hubungan temporal antara penyebab dengan penyakit/efek, atau reaksi harus didahului dengan aksi
- Ada hubungan dosis dengan respon secara biologis
- Asosiasi tadi harus dapat diterima secara ilmiah
- Ada koherensi dengan hasil penelitian yang lain
- Ada bukti eksperimental
- Ada asosiasi analog
Publikasi hasil penelitian yang dilakukan oleh Wertheimer dan Leeper pada tahun 1979 di Amerika Serikat, menggambarkan adanya hubungan kenaikan risiko kematian akibat kanker darah (leukemia) pada anak dengan jarak antara tempat tinggal mereka terhadap jaringan transmisi listrik bertegangan tinggi. Studi kasus-kontrol yang dilakukan tersebut menunjukkan, bahwa besar risiko leukemia pada anak-anak yang terpajan medan elektromagnetik transmisi listrik tegangan tinggi adalah 2,15 kali lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak terpajan.Namun, hasil penelitian tersebut dianggap memiliki kelemahan, karena tidak adanya batas pajanan kuat medan listrik dan kuat medan magnet yang diterima oleh kelompok anak-anak yang diteliti. Koreksi terhadap penelitian tersebut telah dilakukan oleh peneliti lain, yaitu Savitz dkk (1993), serta London dkk(1991), yang menyatakan bahwa hubungan tersebut ternyata tidak terbukti.
Banyak studi yang mengaitkan jaringan transmisi tegangan tinggi dengan leukemia pada anak, dengan hasil yang sangat bervariasi. Kleinerman (2000), mengindikasikan bahwa pajanan medan elektromagnetik dari transmisi listrik tegangan tinggi dapat mengakibatkan leukemia limfoblastik pada anak-anak. Publikasi terakhir, studi epidemiologi case-control oleh Tim Peneliti di Childhood Cancer Research Group, University of Oxford, yang dimuat oleh British Medical Journal, Juni 2005, menyatakan bahwa anak yang lahir dari keluarga yang bertempat tinggal 200 meter di bawah jaringan transmisi tegangan tinggi mempunyai 70 persen peningkatan risiko penyakit leukemia. (Draper dkk, 2005)
Mekanisme biologi yang dapat menjelaskan terjadinya efek leukemia akibat paparan radiasi elektromagnetik belum diketahui dengan pasti. Penelitian oleh Hone dkk (2003) memberikan hipotesis bahwa medan electromagnet berfrekuensi sangat rendah dapat berperan sebagai coleukaemogen yang dapat mengkompromikan respon kerusakan DNA terhadap agent genotoksik, misalnya radiasi ionisasi. Akan tetapi, hasil penelitian tersebut secara statistik menolak hipotesis tersebut. Paparan radiasi electromagnet diperkirakan tidak memiliki hubungan kausalitas dengan gangguan respon kerusakan kromosom pada proses hemapoetik sel target yang menyebabkan peningkatan kejadian leukemia pada anak-anak.
Selain terhadap kejadian leukemia pada anak-anak, penelitian mengenai pengaruh paparan radiasi elektromagnetik terhadap kelainan hematologi lainnya juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti lainnya. Kirschenlohr dkk (2012) telah meneliti hubungan antara paparan medan elektromagnetik frekuensi rendah dari jaringan listrik terhadap ekspresi gen pada sel darah putih 17 pasang responden laki-laki berusia 20-30 tahun. Sebagian responden menerima paparan dari jaringan listrik 62 ± 7,1 μT (50 Hz) selama 2 jam, dan sebagian responden lainnya menerima paparan buatan sebesar 0,21 ± 0,05 μT pada rentang waktu yang sama. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak adanya respon ekspresi gen yang konsisten pada paparan berulang sehingga disimpulkan tidak terdapat hubungan konsisten antara paparan radiasi electromagnet terhadap ekspresi gen sel darah putih. Akan tetapi, terdapat peningkatan hormon kortisol pada awal paparan yang menunjukkan adanya respon stress, baik pada sel darah putih yang terpapar radiasi dari jaringan listrik maupun radiasi buatan.
Monache dkk (2013) juga melakukan penelitian mengenai terhambatnya proses angiogenesis pembuluh darah akibat paparan medan magnet pada frekuensi rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan paparan medan magnet 2 mT pada paparan 50 Hz dapat menurunkan kemampuan sel endothelial untuk membentuk pembuluh darah baru. Hal tersebut diperkirakan akibat arus transduksi dari faktor pertumbuhan sel endothelial pembuluh (vascular endothelial growth factor) menjadi kurang responsif terhadap proses aktivasi.
Selain itu, penelitian mengenai efek paparan medan magnet pada frekuensi sangat rendah (50 Hz) juga dilakukan terhadap aktivitas enzim antioksidan di dalam plasma dan sel darah merah pada 46 orang pekerja pengelasan menunjukkan adanya pengaruh dari paparan yang bersifat stressor oksidatif. Terdapat penurunan yang signifikan pada aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) dan glutathione peroksidase (GPX) akibat paparan medan magnet 8,8 – 84 μT (Sharifian dkk, 2009).
WHO dalam Environmental Health Criteria 238 (2007) melakukan review terhadap sejumlah penelitian mengenai paparan medan elektromagnet pada frekuensi 50 Hz terhadap sistem imun dan hematologi. Hasil-hasil penelitian mengenai efek paparan medan listrik dan medan magnet terhadap komponen-komponen sistem imun secara umum tidak konsisten. Banyak komponen seluler yang diteliti tidak menunjukkan adanya pengaruh akibat paparan. Tetapi, beberapa penelitian terhadap kesehatan manusia dengan kuat medan magnet sebesar 10 μT hingga 2 mT menunjukkan perubahan yang dapat teramati pada sel Natural Killer (NK), baik berupa peningkatan maupun penurunan, sementara pada total sel darah putih, tidak menunjukkan adanya perubahan atau penurunan jumlah. Pada penelitian terhadap hewan uji, penurunan aktivitas sel NK tampak pada tikus betina, tetapi tidak pada tikus jantan. Perhitungan sel darah putih juga menunjukkan inkonsistensi di mana sejumlah penelitian menunjukkan adanya penurunan atau tidak adanya perubahan. Paparan terhadap hewan memberikan nilai paparan yang lebih luas lagi, yaitu 2 μT hingga 30 mT. Kesulitan dalam menginterpretasikan hasil penelitian-penelitian tersebut disebabkan oleh variasi paparan dan kondisi lingkungan yang sangat beragam, jumlah sampel atau hewan uji yang relatif sedikit, dan titik ujung penelitian yang terlalu luas.
Beberapa penelitian juga telah dilakukan untuk mengetahui efek paparan medan magnet pada frekuensi sangat rendah terhadap sistem hematologi. Pada percobaan yang mengevaluasi hitung jenis sel darah putih, paparan yang diberikan berada dalam rentang 2 μT hingga 2 mT. Tidak terdapat pengaruh akut yang konsisten dari paparan medan magnet maupun kombinasi antara paparan medan listrik dan medan magnet, baik pada penelitian terhadap hewan maupun manusia. Secara keseluruhan, hasil-hasil penelitian mengenai efek paparan medan listrik dan medan magnet pada frekuensi sangat rendah (50 Hz) terhadap sistem imun dan hematologi dikategorikan sebagai hasil penelitian yang “inadequate” atau “belum memadai”. (WHO, 2007)
Terdapat empat istilah yang digunakan dalam European Health Risk Assessment Network on Electromagnetic Fields Exposure (EFHRAN) untuk menggambarkan kekuatan hasil penelitian mengenai efek kesehatan akibat paparan radiasi elektromagnet, yaitu sebagai berikut (EFHRAN, 2010):
1. “Sufficient” atau “memadai”
Istilah ini digunakan ketika hubungan yang positif teramati antara paparan dan efek (outcome) yang diteliti. Ketika efek diteliti kembali atau direplikasipada beberapa penelitian berikutnya oleh peneliti yang independen, maka diperoleh hubungan paparan dan efek yang konsisten. Selain itu, faktor-faktor perancu dapat dikesampingkan dengan pertimbangan yang meyakinkan.
2. “Limited” atau “terbatas”
Istilah ini digunakan ketika efek hanya terbatas pada satu atau beberapa penelitian saja, juga ketika terdapat permasalahan yang belum terpecahkan, baik dalam desain, pelaksanaan, dan interpretasi hasil penelitian. Selain itu, pada penelitian ini faktor-faktor perancu belum dapat dikesampingkan dengan pertimbangan yang meyakinkan.
3. “Inadequate” atau “tidak memadai”
Istilah ini ditujukan kepada hasil penelitian yang belum dapat diinterpretasikan untuk memberi kesimpulan ada atau tidaknya efek kesehatan karena kualitas, konsistensi, atau kekuatan statistik yang tidak memadai.
4. “Lack of effects” atau “tidak ada efek”
Istilah ini digunakan ketika tidak ada efek yang teramati pada beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti independen dengan protokol yang berbeda dan melibatkan minimal dua spesies atau dua tipe sel dengan rentang paparan yang memadai.
Referensi:
Anies. (2007) : Mengatasi Gangguan Kesehatan Masyarakat Akibat Radiasi Elektromagnetik Dengan Manajemen Berbasis Lingkungan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas Diponegoro Semarang.
Draper, G., Vincent, T., Kroll, M. E., Swanson, J. (2005) : Childhood cancer in relation to distance from high voltage power lines in England and Wales: a case-control study. BMJ 330: 1290.
European Health Risk Assessment Network on Electromanetic Fields Exposure (EFHRAN). (2010) : Risk Analysis of Human Exposure to Electromagnetic Fields.
Hone, P., Edwards, A., Halls, J., Cox, R., dan Lloyd, D. (2003) : Possible Associations Between ELF Electromagnetic Fields, DNA Damage Response Processes and Childhood Leukaemia. British Journal of Cancer. 88, 1939-1941.
Kirschenlohr, H., Ellis, P., Hesketh, R., dan Metcalfe, J. (2012) : Gene Expression Profiles in White Blood Cells of Volunteers Exposed to A 50 Hz Electromagnetic Field. Radiation Research Society, 178, 138-149.
Kleinerman, R. A., Kaune, W. T., Hatch, E. E., Wacholder, S., Linet, M. S., Robison, L. L., Niwa, S.dan Tarone, R. E. (2000) : Are Children Living Near High-Voltage Power Lines at Increased Risk of Acute Lymphoblastic Leukemia?. Am. J.Epidemiol. 151 (5) : 512–515.
London, S., Thomas, D., Bowman, J., Sobel, E., Cheng, T. C., Peters, J. (1991) : Exposure to Residential Electric and Magnetic Fields and Risk of Childhood Leukemia. Am J Epidemiol. 134 : 923-937.
Monache, S. D., Angelucci, A., Sanita, P., Iorio, R., Bennato, F., Mancini, F., Gualtieri, G., Colonna, R. C. (2013) : Inhibition of Angiogenesis Mediated by Extremely Low-Frequency Magnetic Fields (ELF-MFs). PLoS ONE, 8. Issues 11: e79309
Savitz, D. A., Wachtel, H., Barnes, F. A., John, E. M., Tvrdik, J. G. Case-control study ofchildhood cancer and exposure to 60-Hz magnetic fields. Environ Health Perspective. 101 (1) : 76-80.
Sharifian A, Gharavi M, Pasalar P, Aminian O. (2009) : Effect of Extremely Low Frequency Magnetic Field on Antioxidant Activity in Plasma and Red Blood Cells in Spot Welders. International Archive Occupational Environmental Health. 82 :259-266
Soemirat, Juli. (2010) : Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
World Health Organization. (2007) : Extremely Low Frequency Fields. Environmental Health Criteria No. 238.Geneva, World Helath Organization.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H