Mohon tunggu...
Rahmi Hafizah
Rahmi Hafizah Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang ibu yang memiliki 2 anak

\r\n \r\nBerusaha Selalu Bersyukur\r\n \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ibuku, Guruku dan Inspirasiku

2 Mei 2010   08:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:28 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Aku ingin di hari pendidikan ini mengapresiasikan wujud cintaku kepada ibuku salah satunya dengan tulisan ini. Walaupun sebenarnya kasih anak sepanjang galah dan kasih ibu sepanjang jalan, biarlah, yang penting sejatinya seorang ibu tidak pernah meminta anaknya untuk membalas budi atas apa yang telah beliau korbankan.

[caption id="attachment_131369" align="alignleft" width="138" caption="ibuku, guruku (dok. pribadi)"][/caption]

Ibuku adalah pensiunan guru agama SD yang lahir pada tanggal 3 januari 1948, menurut cerita beliau, ibuku menjadi guru sejak tahun 1967 hingga tahun 2008, dua tahun setelah ayahku meninggal, oh iya ayahku meninggal tahun 2006. Orangtuaku memiliki 6 orang anak, 3 pasang, yaitu 3 perempuan dan 3 laki-laki dan aku adalah anak bungsu.

Ibu dulu sering sekali bercerita betapa sulitnya memberikan pendidikan yang layak untuk anak-anaknya dengan gaji guru yang minim. Saat awal kerja menjadi guru gaji ibuku hanya menerima gaji kurang lebih 40 ribu dan sampai menjelang pensiun gaji ibuku hanya sekitar 2jutaan dengan golongan IV B.

Dapat dibayangkan betapa beratnya perjuangan ibuku untuk membiayai keenam anaknya yang Alhamdulillah kesemuanya selesai perguruan tinggi, ayahku hanya seorang wiraswasta percetakan kecil-kecilan dirumah. Dulu awal menikah kata ibu, beliau sering sekali bertengkar dengan ayah hanya karena ayah menginginkan ibu menjadi ibu rumah tangga saja tapi ibu bersikeras untuk tetap menjadi guru, karena menjadi guru tidak seperti karyawan biasa yang harus pergi pagi pulang sore, sedang menjadi guru waktunya fleksibel, pergi pagi pulang siang atau pergi siang pulang sore, dan banyak liburnya mengikuti waktu libur sekolah, sehingga anak tetap dapat terkontrol oleh ibu dan lagi pula ayahku pun percetakannya dirumah. Dan sejak saat itu ayah membolehkan ibu untuk tetap mengajar.

[caption id="attachment_131370" align="alignright" width="180" caption="foto orangtuaku th. 96 sepulang haji (dok. pribadi)"][/caption]

“Berat banget perjuangan ibu untuk nyekolahin kalian” cerita ibu, “apa lagi anak-anak ibu hanya selisih 1 atau dua tahun umurnya, bisa dibayangkan yang satu masuk sekolah yang satu lulus, yang satu SMA yang satu, masuk kuliah. Huff” ibu menarik nafas, “dengan gaji dan keuangan seadanya untuk menyekolahkan kalian ibu juga harus menjual emas, tanah untuk pendidikan kalian dulu”.

Di saat saudara-saudara ibu membeli mobil, hanya ibu sendiri yang sampai saat ini tidak mempunyai mobil ( walaupun akhirnya anaknya ada yang sudah memiliki mobil), “semua ibu lakukan hanya untuk kalian agar kelak memiliki pendidikan yang tinggi minimal sarjana” masih cerita ibu.

Pengorbanan ibu tidak sia-sia, kini keenam anak mereka telah meraih gelar sarjana semua dan telah bisa mencari uang semua, apakah itu diperusahaan maupun wiraswasta.

Hampir setiap malam aku mengintip kamar ibu untuk sekedar melihat apakah ibuku sudah tidur sambil menengadahkan tangan dan berdoa, Ya Allah, semoga besok mata ibu tetap terbuka ya allah, berikan kesehatan untuk ibu, berikan kebahagiaan dunia akhirat untuknya. Amiin. Baru setelah itu aku kembali ke kamar untuk tidur. (aku tinggal hanya berdua dengan ibu, karena kakak-kakakku sudah menikah semua dan tinggal dirumah mereka masing-masing)

Ibu, aku dan kakak-kakakku mungkin takkan sanggup mengganti atau membalas semua atas apa yang telah ibu berikan. Maafkan kami yang hanya pandai mengeluh bu, jasamu pada kami dan anak-anak murid ibu takkan tergantikan dan akan selalu kami kenang. Ibu tidak hanya seorang ibu tapi juga seorang guru bagi kami. Doa kami selalu untuk ibu, agar ibu sehat selalu dan bahagia dunia akhirat. amiin

Salam sayang untuk ibuku dan seluruh ibu  yang juga Kartini bagi kita semua.

-RH-

Tulisan ini diikutsertakan dalam Blogdetik Writing Contest “INSPIRING WOMAN”. Silahkan kunjungi situsnya di blogdetik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun