Entah apa yang ada dipikirannya, semuanya berubah menjadi negatif tentang istrinya..
Ayo cepat kamu sudah terlambat, begitu tiap hari teriakannya pada anak lelakinya yang baru mulai masuk disekolah dasar.
Sejak pindah dari ibukota ke kampung semua berubah. Biasa keluar rumah habis subuh pulang lagi mau jam 9 malam. Sekarang keluar rumah untuk antar anak sekolah lalu jualan. Kegiatan yang selama ini tidak pernah dia lakukan. Semua istrinya yang melakukan selama ini.
Awalnya semua baik-baik saja karena keuangan masih aman. Di tabungan masih ada. Tapi beberapa bulan kemudian ujian itu datang, ketika hasil penjualannya turun drastis dan tabungannya dan istrinya sudah habis. Keributan dimulai, dari hal kecil berubah jadi sangat besar. Dari omongan sepele menjalar ke omongan yang tidak pantas bagi seorang suami ucapkan ke isteri nya.
Sang istri memilih menjadi lebih diam, perlahan tubuh istri mengurus tanpa diet. Anak-anaknya kadang bingung mengapa mamanya suka menangis belakangan ini saat mengaji atau setelah sholat.
Tak banyak perubahan dari sang istri karena dia tetap melakukan semua pekerjaan rumah, mengurus anak dan tetap melayani suami. Hanya dia dan suaminya yang tau akan perubahan yang terjadi pada sang istri.
Ini bukanlah mainan yang sudah rusak bisa dibeli lagi, tapi ini masalah hati yang terkoyak perlahan yang akibatnya menjadi rusak.Â
Sang istri setiap hari selain mengerjakan pekerjaan domestik dia lebih banyak menghabiskan waktunya berkomunikasi dengan Tuhan entah dengan mengaji atau berdzikir dengan batu germanium kesayangannya yang bertuliskan Allah.
Dia hanya tau dia sedang melakukan ibadah terlama dalam hidupnya yaitu pernikahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H