Mohon tunggu...
Violet Jingga
Violet Jingga Mohon Tunggu... lainnya -

Hidup adalah mata air cerita yang tak ada habisnya, aku hanya seorang yang sedang belajar mengurai kisah dalam kata. penikmat puisi, suka langit, hujan, jingga dan senja. Kalo ga nemu disini mungkin aku lagi di http://ruangkecilku.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Plus Minus Hemat Wajah Boros Usia

26 Desember 2012   02:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:02 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sih yang gak mau terlihat lebih muda dari usia sebenarnya? Awet muda,  rasanya semua orang pasti menginginkannya. Rasanya tidak percaya kalau ada yang mengatakan “tidak ingin” (hehehe). Dan sudah bukan rahasia umum lagi jika demi mendapatkannya sebagian orang terkadang rela dan dengan senang hati menghabiskan banyak uang demi memperoleh awet muda. Apalagi kalangan berduit, tak segan-segan mengeluarkan biaya mahal, melakukan terapi dan pengobatan ini itu, demi awet muda.

Muncul pertanyaan, terus kalau sudah awet muda apa untungnya ya? Apa manfaatnya? Apa ya….? Sepertinya sepanjang umur saya (sok gaya nih, emang berapa umurnya neng? Hehehe….), sampai saat ini saya belum pernah mendengar apa manfaat dari awet muda selain dari kepuasan tersendiri bagi yang bersangkutan dan bagi kalangan tertentu bisa menjadi sumber rezekinya (ini hanya kalangan tertentu lho). Atau mungkin ada manfaat lain yang dirasakan dan diketahui teman-teman yang luput dari pendengaran dan pengetahuan saya barangkali, saya tidak tahu.

Boros usia hemat wajah menjadi nilai plus bagi si empunya, apalagi ketika dalam keadaan terpaksa berada di tengah-tengah orang-orang yang usianya jauh di bawah kita. Setidaknya, kita tidak merasa tua sendiri, beda sendiri dari mereka sehingga kita bisa merasa nyaman dan betah ada di tengah-tengah mereka.

Tapi ternyata hemat wajah boros usia tidak selalu menyenangkan. Seperti dua sisi mata uang, tidak hanya ada nilai plus tapi juga minusnya. Nilai plusnya, seperti tadi saya tulis di atas. Dan ternyata nilai minusnya lumayan juga lho. Gak percaya khan? Sama, saya juga gak percaya kalau bukan karena mengalami sendiri. Hehehe… narsis ya kedengarannya, sok imut gitu. Tapi beneran lho, saya juga sering merasa aneh sendiri, kok sampai segitunya ya orang-orang yang tidak atau belum mengenal  saya melihat saya. Saya gak merasa berwajah imut atau hemat wajah, malah sebaliknya boros wajah alias bermutu (bermuka tua). Kadang-kadang sih senang juga tapi kadang terlalu berlebihan rasanya. Sampai-sampai membuat saya berpikir, “ya Allah apa saya segitunya sampai-sampai ni orang kok ngira saya masih semuda itu? Apa sikap, kelakuan saya seperti anak-anak? Hhh...rasanya tidak kok, tapi mengapa banyak yang mengira begitu ya?”.

Seperti kejadian yang saya alami dua tahun lalu, mengantar anak-anak SMA mengikuti pembukaan bimbingan belajar (bimbel) yang diadakan sebuah lembaga. Ibu-ibu orangtua siswa mengira saya salah satu siswa yang akan mengikuti kegiatan bimbel sehingga saya tidak diikutsertakan dalam rembug mengambil keputusan padahal saya adalah wali keponakan saya saat itu. mereka masih berprinsip “yang muda tak perlu dianggap”.

Lain lagi yang dialami teman saya. “Kamu kan masih muda, ngapain cepat-cepat nikah, baru juga 22 tahun”. Hahaha…entah ayahnya lupa atau mungkin wajahnya yang hemat membuat sang ayah mengira anaknya yang sudah 28 tahun masih 22 tahun.

Peristiwa lainnya yang masih segar adalah kemarin, berdua dengan teman saya yang usinya 2 tahun diatas saya dan sedang hamil berada ditengah-tengah mahasiswa S1 reguler. Usia mahasiswa S1 reguler umumnya berkisar dari 18-24 tahun, usia yang masih jauh di bawah usia kami. Tapi, heran binti bingung plus sedikit kesal karena ternyata kami di posisikan berada di bawah usia mereka. “Dek, dek…dek, duduk disitu aja dek” ujar seseorang pada teman saya. Teman saya yang tidak merasa sebagai adik tetapi justru sebagai kakak, tidak menghiraukan orang itu sehingga membuat adik itu mengulangi perintahnya. Kebayangkan gimana rasanya diperlakukan dan di atu-atur seperti itu sama yang lebih muda usianya. Mau ngasi tau yang sebenarnya, ga sampai hati dengan dia yang sudah PD-nya memposisikan diri sebagai yang lebih tua dari kami.

Kejadian begini sering saya alami, ketika dalam perjalanan pulang kampung atau kembali ke kota tempat saya saat ini. Perjalanan 10-12 jam tentu membuat tidak nyaman dan tidak betah untuk tidak bertegur sapa dengan tetangga duduk, meski sekedar menanyakan tujuannya. Nah, disinilah kejadiannya.  Apalagi kalau orang yang duduk di sebelah saya adalah laki-laki. Kalau sudah bapak-bapak sih wajar. Tapi ini mahasiswa S1 yang masih semester 7 dengan PD-nya manggil saya adik dan menyebut dirinya abang. Hahaha…ampun dah. Rasanya pingin ketawa, tapi lagi-lagi tak sampai hati, jadi yah mesem-mesem aja. Mau bilang yang sebenarnya, kasihan dia menanggung malu kecuali kalau mereka sendiri yang menanyakan. Dan biasanya memang, ketika mereka tahu…bisa dibayangkan bagaimana wajah merah bak kepiting rebus karena menanggung malu, untungnya lampu dalam mobil dimatikan demi  kenyamanan pak sopir mengendara. Remang-remang bisa membantu menyembunyikan. Tidak bisa berkata apa-apa sejenak, kehilangan kosa kata, membisu (benar kan??)

Ya…itu ceritanya plus minus hemat wajah boros usia. Ternyata berwajah lebih muda dari usia sebenarnya tidak selalu menyenangkan dan tidak selalu menguntungkan.

26122012

Tulisan aneh di pagi ini, bukan narsis edition lhoooo...hehehe

Selamat pagi dan semangat pagi all

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun