Mohon tunggu...
Rahma Wita
Rahma Wita Mohon Tunggu... -

Ibu pekerja yang berusaha memaksimalkan waktunya untuk sang buah hati

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menangis adalah Bahasa Pertamaku; Semoga Bunda Mengerti

28 Agustus 2012   04:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:14 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari artikel yang saya baca ternyata menangis bagi anak adalah cara untuk menyampaikan pesan bahwa dia lapar, haus atau sakit. Orang tua juga mengatakan jika anakmu rewel dan menangis, cepat cari tau, apakah makan dan mibumnya sudah cukup, atau periksa pakaiannya mungkin ada sesuatu yang membuatnya tak nyaman.

Bagi seorang ibu, anak rewel dan menangis adalah masalah besar. Apalagi buat ibu pekerja seperti saya. Dulu sebelum memiliki putra saya juga merasa duh repotnya punya anak yang suka menangis dan susah dibujuk. Pernah kesal juga melihat anak yang semakin menjadi-jadi jika dibujuk oleh orang tuanya.  Pernah terpikir, kalo anakku rewel kayak gitu pasti dah tak jewer.

Apa iya? He he he....ternyata urusan perasaan itu sangat subjektif. Buktinya saya tak pernah tega membiarkan anak menangis apalagi harus menjewernya. Secapek apapun tetap aja diikuti apa maunya. Dan ngomong-ngomong masalah anak menangis, saya punya pengalaman yang membuat saya tidak akan pernah emosi dengan tangisan anak. Kebetulan Hafizh, putra semata wayang saya lahir diusia dini alias prematur sehingga harus dirawat lebih lama di rumah sakit. Selama di rawat dia tak pernah menangis, hanya tidur dan tidur sepanjang waktu. Jadwal makannya yang diatur sesuai kebutuhannya menyebabkan dia tak harus capek-capek ngasih sinyal buat bilang, "Aku lapar. Aku haus". Itu pikiran saya. Dan setalah diizinkan pulang iya tetap dengan kebiasaan yang sama sampai umur kira-kira 4 bulan. Setiap hari saya menunggunya dan menatapnya, rindu sekali mendengar suara-tangisannya. Setiap melihat bayi lain menangis dan dibuai sama orang tuanya saya  merasa sedih. Kapan ya aku bisa mendengar suara ankku walaupun itu berupa tangisan? Tapi Hafizh...... dia akan tetap tidur walau apaun yang dilakukan padanya. Dicubit, duh teganya. Hanya membuatnya meringis sebentar lalu kembali tidur.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun