Mohon tunggu...
Rahmawati Nur Asyiah
Rahmawati Nur Asyiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa tahun pertama program studi statistika yang memiliki minat besar pada data dan perhitungan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

"Ternyata Malas Itu Penyakit Menurun?": Tinjauan Genetik dan Biologis Perilaku Malas

11 Desember 2024   07:44 Diperbarui: 11 Desember 2024   07:44 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

           Malas sering kali dianggap sebagai perilaku buruk yang harus diubah dengan menerapkan kedisiplinan pada diri seseorang. Terutama di kalangan mahasiswa, hal ini sering dianggap sebagai masalah pribadi yang timbul akibat kurangnya motivasi dalam diri. Namun, bagaimana jika ada faktor lain yang memengaruhi perilaku ini dan ternyata itu merupakan turunan dari riwayat keluarga? Yuk, simak pembahasannya lebih lanjut.

            Perilaku malas sering kali dipandang sebagai pilihan individu yang tidak mau berusaha atau tidak cukup termotivasi untuk melakukan sesuatu. Terutama pada mahasiswa yang tengah berada pada akhir semester, sering kali mereka merasa tertekan dan stress akan padatnya agenda yang harus dijalankan. Mulai dari banyaknya tugas, mempersiapkan ujian akhir, projek berkelompok, organisasi, dan kegiatan akademik lainnya. Malas dalam konteks ini sering kali muncul sebagai bentuk penundaan, di mana mereka akan memilih untuk menghindari pekerjaan yang harusnya perlu untuk diselesaikan. 

            Ternyata perilaku malas tidak hanya masalah mental atau emosional, tetapi juga bisa dipengaruhi oleh faktor biologis dan genetik. Salah satunya yaitu karena adanya ketidakseimbangan kimiawi dalam otak, terutama pada hormon dopamin. Hormon yang sering disebut sebagai "hormon kebahagiaan" ini memiliki peran penting pada diri seseorang dalam hal membangun motivasi, rasa senang, dan pengambilan keputusan. Produksi dan pengaturan dopamin dalam otak dipengaruhi oleh gen, seperti gen DRD2 dan SLC35D3 yang mengkode reseptor dopamin. Adanya variasi pada gen dapat membuat seseorang merasa tidak termotivasi untuk melakukan aktivitas fisik yang akhirnya memunculkan rasa malas.

            Namun, hal ini tidak perlu membuat seseorang berkecil hati hanya karena mereka merasa memiliki orang tua atau keluarga yang cenderung pasif dan kurang memiliki motivasi. Karena sejatinya ada banyak faktor lain yang mempengaruhi perilaku malas pada diri seseorang. Kita sebagai individu harus berupaya untuk memerangi rasa malas yang mengusik diri kita, karena menunda pekerjaan bukanlah jalan keluar dari suatu masalah. Stress bisa menjadi salah satu penyebab rasa malas, dimana banyaknya tugas atau pekerjaan akan menimbulkan cemas yang membuat seseorang memutuskan untuk menunda atau menghindari pekerjaan tersebut. Selain itu, lingkungan sosial juga berpengaruh dalam membangun motivasi untuk menghindari perilaku malas.  Lingkungan yang mendukung seperti teman atau keluarga yang mendorong untuk produktif dapat meningkatkan motivasi dalam diri

            Mengatasi rasa malas bukanlah hal yang mudah, namun bukan berarti kita tidak bisa. Meningkatkan pemahaman akan faktor biologis dan psikologis penyebab rasa malas dapat membantu seseorang memahami diri mereka sendiri. Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi rasa malas diantaranya:

1.         Manajemen Waktu

            Menyusun skala prioritas akan membantu kita untuk dapat mendahulukan mana pekerjaan yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Kita harus memastikan bahwa pekerjaan dengan tenggat waktu paling cepat dapat segera terselesaikan.

2.         Peningkatan Motivasi

            Motivasi dapat dibangun dari berbagai sumber. Dengan adanya motivasi berupa    visi yang jelas, maka kita akan merasa lebih bersemangat untuk mencapai tujuan tersebut. Sembari mengerjakan tugas, pikirkanlah pencapaian jangka panjang yang akan kita raih setelah menyelesaikan tugas tersebut. Saat rasa malas muncul, cobalah memanfaatkan waktu sejenak untuk melakukan hal yang membuat kita senang. Perasaan senang dapat meningkatkan semangat pada diri seseorang untuk melakukan aktivitas fisik.

3.         Dukungan Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun