Anemia merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia yang banyak dialami remaja, terutama remaja putri. Anemia terjadi ketika kondisi tubuh mengalami kekurangan sel darah merah atau kadar hemoglobin lebih rendah daripada kadar normal yang dibutuhkan tubuh. Hal ini berakibat pada berkurangnya jumlah oksigen yang didistribusikan ke seluruh tubuh sehingga tubuh akan merasa lelah.
Anemia masih menjadi masalah kesehatan bagi remaja putri di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi anemia pada remaja mencapai 32%, artinya 3-4 dari 10 remaja di Indonesia mengalami anemia. Proporsi anemia pada perempuan pun lebih tinggi yakni mencapai 27,2% dibandingkan prevalensi pada laki-laki yaitu sebesar 20,3%.Â
Jika dilihat dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, di mana prevalensi anemia pada remaja putri usia 13-18 tahun sebesar 22,7% dan remaja putra, dengan usia yang sama, adalah sebesar 12,5%, maka remaja putri lebih berisiko mengalami anemia dengan prevalensi yang kian meningkat.
Umumnya anemia diakibatkan oleh kekurangan zat gizi, terutama zat besi (WHO, 2020). Remaja putri dapat mengalami anemia karena kehilangan darah dalam jumlah banyak ketika mereka menstruasi setiap bulannya sehingga tubuh kehilangan cukup banyak zat besi. Padahal, zat besi dalam tubuh dibutuhkan untuk membantu pembentukan sel darah merah dalam sumsum tulang.Â
Sebaliknya, apabila tubuh kekurangan zat besi dan asupan zat besi yang dikonsumsi rendah, maka dapat mengganggu keseimbangan besi dalam tubuh. Akibatnya, kadar hemoglobin berkurang sehingga remaja putri akan mengalami anemia gizi besi.Â
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (2012), remaja putri yang mengalami anemia akan mengalami berbagai gejala berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu:
Pada tingkat anemia ringan, remaja putri mungkin tidak merasakan gejala;
Ketika anemia mulai berkembang, maka beberapa gejala akan muncul seperti rasa lelah, lemah, dan kulit terlihat pucat atau kekuningan;
Pada tingkat anemia parah, remaja putri akan mengalami pusing, rasa haus meningkat, dan bahkan pingsan;
Selanjutnya pada tingkat anemia berat, remaja putri akan merasakan kram pada tungkai bawah saat berolahraga dan terjadi kerusakan neurologis (otak).