Mohon tunggu...
Rahmaty El-basqy
Rahmaty El-basqy Mohon Tunggu... -

Lampung

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menikmati atau Buka-Bukaan

14 Januari 2014   20:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:50 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal tahun 2014, media pers Indonesia menikmati berita-berita yang sangat besar dan menggemparkan di bandingkan tahun-tahun sebelumnya. Selain berita banjir yang sudah mulai menyerang Ibukota Negara media juga kebanjiran berita tentang AU, tersangka kasus hambalang sekaligus mantan ketua umum partai biru dengan bintang merci.

Sebagai salah satu tersangka kasus hukum dari partai penguasa, AU tergantung unik dan cenderung menggantung sekian lama, 11 bulan, dalam ketidak pastian. Dan akhirnya, setelah gagal “selasa keramat” KPK, AU memilih jum’atnya dengan dalih dan alasannya yang serba logis dan menarik dibahasa baik dari sudut pandang politik maupun hukum maupun politik. Tapi inilah dunia hukum, bagaimanapun KPK adalah lembaga hukum paling dipercaya di Negara ini, dan KPK membuktikan semuanya meski isu tebang pilih masih sering berhembus.

Selain tersangka paling unik karena tersangka paling lama tidak diperiksa, AU juga unik saat akanditahan. dia menyatakan “terima kasih” kepada mantan bos dan ketua KPK serta penyidik, karena biasanya setiap tersangka saat ditanya pers akan membahasa kasusnya, bukan yang lain. Publik tidak mengetahui tujuan “ terima kasih” untuk mantan bosnya, beberapa pengamat mendiskripsikan sebagai ungkapan kekecewaan atas kasusnya sesungguhnya juga berkaitan dengan mantan sekjend partai saat menjadi ketua umum.

Sebenarnya, selain AU, ada beberapa tersangka dari partai tersebut, Ada Nazarudin yang dianggap titik tolak masalah hukum, Andi Malarangeng atau Anggelina. Dari beberapa pendapat, sebenarnya AU ingin membuktikan jika sekjendnya juga terlibat dalam kasus tersebut sebagaimana yang di sampaikan Nazarudin maupun Yulianis. Dan menurut saya itu alasan terkuat dia bergeming saat “ Selasa Keramat”

Saya pikir AU tidak perlu mendramatisir sampai mengelar jumpa pers untuk melakukan itu. Jika AU memang kesatria, terlepas salah atau benar, pilihannya tinggal mau seperti Nazarudin atau Andi M. dua tersangka sekaligus terhukum ini memiliki tipe yang berbeda jauh dan berlawanan. Nazarudin cenderung terbuka dan blak-blakan dengan kasus-kasus yang melibatkannya dan teman-temannya tapi Andi cenderung menikmati kasus-kasus yang dituduhkan. Kalau Nazarudin dianggap awal semua masalah hukum yang dihadapi teman dan partainya, Andi justru irit bicara dan hampir tidak pernah membuat pernyataan baik itu kaitannya politik maupun hukum.

Sekarang AU tinggal ingin seperti apa?. Apalah arti dia ingin menyeret orang lain (jika memang ada bukti) tapi di satu sisi dia kelihatan menghindar dari hukum dan tidak terbuka. Para loyalisnya terkesan bertindak diluar nalar logis dan memaksakan kehendak. Jika memang tidak terima dengan kondisi saat ini, UA tinggal kooperatif dan menyampaikan data-data yang di miliki kepada KPK. Soal apakah nanti dia terbukti atau tidak, bukan KPK yang menentukan tapi pengadilan. Jika dia jujur dan terbuka, misalnya seperti Nazarudin dalam beberapa kasus, masyarakat yang akan menilai apakah AU yang jujur atau KPK yang berjalan sesuai koridor hukum.

Tentu dalam perjalanannya tidak semudah tulisan ini tapi masyarakat sudah cerdas danpandai memilih dan memilih berita. Masyarakatlah yang akan menilai setiap berita, dan jika AU ingin penegakan hukum di negeri ini sesuai, maka AU tinggal berkata apa adanya dan menjalani setiap kewajiban di depan hukum. Jika KPK melenceng, masyarakat yakin tidak tinggal diam dan pasti akan menghakiminya dan seperti lembaga penegak hukum yang lain.

Tinggal kita lihat, apakah lembarannya sudah habis atau masih banyak yang akan di buka AU pada masa yang akan datang. Drama ini belum selesai bung!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun