Wanita menjadi objek kerinduan maskulin yang tertinggi dan mulia; dia menjadi personafikasi Ilahi, yang meliputi ciri-ciri aktif dan pasif, maskulin dan feminin di dalam diriNya sendiri. Sifat aktif dan sekaligus pasif yang mendadakan kerinduan maskulin pada feminin dimana ia berasal sebagai akar dan sumber segala sesuatu selain diriNya. (untuk lebih jauh, silahkan merujuk bagian kedua tulisan ini).
Dua sifat feminin yang telah disebutkan di atas sebagai karakter penciptaan Realitas yang Nyata dalam keseimbangan kosmis. Yang mendakan realitasNya yang tampak dan yang tersembunyi, Izutsu menguraikan dua modus tersebut ketika ia menjelaskan pemikiran Al-Qasyani:Â
"Dan Realitas sebagai sesuatu yang ditentukan determinasi pertama adalah Esensi Tunggal yang menuntut keseimbangan dan kesetimbangan sempurna antara "aktivitas" dan "pasivitas", antara manifestasi-diri eksterior (zhuhur) dan penyembunyian-diri interior (buthun)".[26]
Dalam skala yang labih dalam, dari pernyataan Al-Qasyani di atas secara implisit bahwa Tuhan adalah yang lahir dan batin, yang tampak sekaligus tak tampak. Ia tampak dalam bentuk lahir yang dalam hal ini fenomena alam dan materi, namun ia batin dari fenomena lahir dan materi. Namun diriNya yang batin yang menampakan yang lahir, sebab yang batin lah yang menggerakan yang lahir.Â
"Dan sejauh ia adalah "Batin" (bathin) bersemayam dalam setiap bentuk, ia adalah "aktif", namun sejauh ia "Lahir" (zhahir), ia adalah pasif", tutur Izutsu.[27]
Sifat Feminin dalam diri Tuhan dalam sistem tatatan penciptaan yang aktif dan pasif memberi gambaran jelas mengenai status perempuan dalam feminitasnya. Yang dalam bagian kedua tulisan ini, kita melihat sifat perempuan dalam feminitasnya memiliki sifat yang sama dengan Al-Haqq, Aktif dan pasif. Dan hanya feminitas yang memilki sifat tersebut, sehingga dalam diri maskulin merindukan dua sifat itu dengan perempuan sebagai objek kerinduan.Â
Kita melihat karakter nyata dari dua sifat itu pada diri perempuan dalam kehamilannya. Telah dikatakan dalam bagian kedua tulisan ini, bahwa segala sesuatu berasal dari akar feminin Tuhan. Sehingga penciptaan bersifat feminin, hal tersebut mendandakan dalam bentuk kehamilan perempuan, bahwa manusia berasal dari feminitas sang ibu.Â
Ketika perempuan dalam proses kehamilannya, ia menerima keaktivan dari maskulin dalam menyalurkan sperma dalam pembuahan. Karena sifat pasif perempuan, sperma tersebut ia terima dan menyimpannya dalam rahimnya. Dalam proses tersebut, maskulin berhenti dalam aktivitasnya, sebab rahim telah dibuahi dalam proses penyaluran sperma. Sementara perempuan memulai sifat aktifnya dalam menjaga hasil proses pembuahan itu.Â
Artinya perempuan pasif dalam menerima proses penyaluran sperma pada maskulin yang aktif. Lebih jauh lagi, ketika proses pembuahan selesai, sifat aktif perempuan dalam menjaga dan melindungai hasil dari proses pembuahan itu, atau dengan kata lain hasil dari perkawinan dengan maskulin.Â
Sebab dalam Rahim, Tuhan menuliskan sesuatu sebagai prosedur biologis penciptaan. Dan secara batin feminitas menerima apa yang Tuhan tulis dalam Rahim (jiwa) secara batin. Sehingga model sistem feminin memang memilki kekuatan, karena ia memilki kedua sifat aktif sekaligus pasif. Kekuatan batin dan lahir, kekuatan tersebutlah sehingga perempuan memiliki derajat tertinggi dalam spritualitas karena bentuk femininnya sama dengan Tuhan.Â