Mohon tunggu...
Rahmatullah Syabir
Rahmatullah Syabir Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Alauddin Makassar

Penulis Partikelir. Nulis sekedar hobi saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Istana Tampaksiring Bali, Istana Kepresidenan yang Dibangun Setelah Kemerdekaan

28 Oktober 2020   12:11 Diperbarui: 28 Oktober 2020   12:19 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang tampak sekilas tidak seperti Istana-Istana kepresidenan yang lain dengan bangunan yang megah, terdapat pilar-pilar besar, lampu kristal dan sebagainya. Karena tujuan awalnya memang dibangun sebagai wisma-wisma peristirahatan dan pertemuan fungsional yang sederhana. Sekaligus jauh dari keramaian seperti yang diinginkan oleh Presiden Soekarno, yang biasa menuangkan pemikiran maupun pidato-pidatonya di Istana tersebut.

Tapi istana ini memiliki keunikan tersendiri yang tampak dari arsitektur benuansa Bali, ukiran timbul dan berlubang, atap yang terbuat dari sirap dan tentunya dengan taman-taman asri dengan hamparan rumput hijau beserta pohon-pohon besar dan tua.

Sejarah Tampaksiring

Istana Tampaksiring diambil dari nama lokasi istana tersebut berada. Nama Tampaksiring berasal dari dua buah kata bahasa Bali, yaitu "Tampak" dan "Siring" yang memiliki makna Telapak dan Miring.

Dikisahkan dari sebuah legenda yang tertulis di daun lontar usana Bali yang nama ini diambil dari bekas tapak kaki seorang raja yang bernama Mayadenawa. Raja ini bersifat angkara murka namun pandai dan sakti, yang menyuruh rakyatnya menyembah dia bak seperti dewa. Akibat dari tabiatnya itu, Batara Indra murka sehingga mengirimkan bala tentaranya. Raja Mayadenawa akhirnya masuk ke hutan, dan agar tidak diketahui jejaknya oleh bala tentara Batara Indra, Raja Mayadenawa berjalan dengan cara memiringkan telapak kakinya.

Namun Raja Mayadenawa pada akhirnya tertangkap juga. Tapi sebelum itu, dengan kesaktiannya yang tersisa,  dia berhasil menciptakan mata air yang beracun yang menyebabkan kematian para pengerjarnya tersebut setelah meminum mata air itu. Tapi Batara Indra menciptakan mata air penawar dari racun tersebut yang kemudian diberi nama "Tirta Empul"(Air Suci). Kawasan hutan yang dilalui oleh Raja Mayadenawa dengan memiringkan telapak kakinya itulah yang diberi nama Tampaksiring

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun