Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Nge-blog di www.ru-blog.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Nge-blog di www.ru-blog.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan #4

10 Februari 2015   09:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:30 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1423510019747232516

Gambar : Selat Madurra, Tampak Suasana Kapal-kapal dan Pegunungan di Kejauhan (foto: bocahpetualang.com)

Matahari tepat di atas kepala, bus yang tidak dilengkapi pendingin terasa sangat panas. Pelabuhan Kamal sangat ramai dipadati oleh para pedagang asongan, penumpang yang hendak menyebrang dan bus-bus yang sedang antri untuk masuk ke kapal Ferry. Ini adalah cara satu-satunya untuk sampai ke Pelabuhan Ujung Surabaya.

Pemerintah sebenarnya telah lama merencanakan pembangunan jembatan Suramadu (Suarabaya-Madura) untuk menghubungkan Kamal-Ujung.

Saat ini pelabuhan Kamal satu-satunya yang berfungsi sebagai pelabuhan angkutan penyeberangan antarpulau yang terdapat di Kecamatan Kamal Pulau Madura. Terdapat kapal Ferry yang melayani pelayaran dengan jarak tempuh sekitar tiga puluh menit untuk melintasi Selat Madura ini.

Bus yang aku tumpangi bergerak pelan memasuki kapal, Mayasari, perempuan yang selama perjalanan Sumenep - Bangkalan, tidak pernah berhenti bicara, kini tertidur pulas di sampingku. Aku memandang wajahnya, hal yang tak pernah berani ku lakukan saat ia terjaga. Cantik dan manis, alisnya tebal, kata Babeku, perempuan beralis tebal biasanya memiliki karakter yang keras, tapi penyayang.

Keringat mengalir di kening dan mengenai matanya, ia tergagap dan terbangun. Aku berpura-pura serius membaca Novel Tenggelamnya Kapal Vanderwick yang sengaja ku keluarkan dari tas sejak bus antri tadi.

"Kapalnya udah jalan ya?" Ia bertanya kepadaku

"Iya, barusan saja. Lumayan lama kita ngantri tadi," Jawabku, masih pura-pura serius, tapi tak sebaris kalimat pun yang aku baca.

"Biasanya, saat siang hari tidak terlalu padat." Tanpa menunggu aku menjawab ia melanjutkan kata-katanya.

"Andai aku tidak sedang mengejar jadwal pesawat sore nanti, sebenarnya aku lebih senang menyeberangi selat ini sore hari, sekitar pukul lima sore. Aku bisa menikmati sepoinya angin laut. Ketika cuaca cerah, aku juga bisa menyaksikan sunset. Pemandangan lampu-lampu dari kapal-kapal besar yang sedang membuang sauhnya di Selat Madura maupun Pelabuhan Tanjung Perak kala malam mulai menjelang juga tak kalah indahnya untuk dinikmati." Ia terus menjelaskan seperti pemandu wisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun