Begal pernah menjadi tema pementasan teater oleh UKM Dewan Kesenian Kampus Fakultas Sastra Universutas Jember (19-20/4/2014), yang bertujuan utuk membingkai fenomena yang terjadi dalam masyarakat hari ini. Perebutan kekuasaan yang kini telah sampai pada tahap saling jegal dan bunuh, sebagaimana laku begal.
Naskah begal disadur dari cerpen Rashomon karya Akutagawa Ryunsuke, berlatar belakang kekalutan kondisi perekonomian masyarakat Jepang pada tahun 1915 tepatnya di daerah pembuangan mayat, gerbang utama Kyoto.Rashomonmengangkat fenomena sosial seputar kehendak untuk saling mendominasi.
Pementasan Begal, menghadirkan beberapa tokoh, penyebab prahara diwakili tokoh dari kalangan bangsawan yaitu seorang samurai dan istrinya yang cantik jelita. Ada pula tokoh lain yaitu banci tua miskin, pencabut rambut orang mati untuk dijual guna memenuhi kebutuhan ekonominya. Serta bandit atau begal yang berhasrat merebut istri seorang samurai sekaligus ingin mendapatkan martabat dengan cara membunuh samurai. Tokoh-tokoh tersebut dengan caranya masing-masing mencoba bertahan hidup di tengah terpuruknya kondisi peradilan.
Tema begal ini juga bisa ditelusuri dari kumpulan cerpen Begal karya IDK Raka Kusuma dari Bali. Cerpen Begal ini berkisah seseorang yang ingin membalas dendam, dituangkan ke dalam insiden-insiden yang kemudian terangkai menjadi satu jalinan cerita yang menarik untuk dinikmati. Tema ini nampak pada peran tokoh dalam menggerakkan alur ceritanya.
Aspek psikologis tokoh cerpen Begal terdiri dari id, ego, dan superego. Id adalah aspek kepribadian yang gelap dalam alam bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak kenal nilai dan agaknya merupakan energi buta. Id merupakan wadah dari jiwa manusia yang berisi dorongan primitif. Dorongan primitif adalah dorongan yang ada pada diri manusia yang menghendaki untuk segera dipenuhi atau dilaksanakan keinginan atau kebutuhannya. Apabila dorongan tersebut terpenuhi dengan segera, maka akan menimbulkan rasa senang, puas serta gembira.
Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme yang memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif. Orang yang lapar harus mencari, menemukan dan memakan makanan untuk menghilangkan rasa lapar. Sedangkan Superego mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Superego sama halnya dengan hati nurani yang mengenali baik dan buruk (conscience). Superego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut baik dan buruk). Superego merupakan penyeimbang dari id. Semua keinginan-keinginan id sebelum menjadi kenyataan, dipertimbangkan oleh superego.
Membincang begal menjadi menarik, apalagi akhir-akhir ini begal sedang marak, bukan hanya di jalanan sepi yang menjadi wilayah operasinya, yang membuat para pegiat diskusi memilih berdiam diri di rumah karena alasan keamanan, tetapi juga merambah jalan reformasi yang memang mulai sepi. Jalan panjang reformasi yang sangat melelahkan dan kini sepi, sehingga tak aneh jika sepanjang jalannya banyak dihuni oleh para penyamun, bandit dan rampok, serta yang terakhir ini adalah begal.
Para pembegal ini melakukan perampasan hak rakyat secara semena-mena, hak memilih dan hak untuk berpartisipasi, memutilasi kratos dari tubuh demokrasi adalah laku pembegalan yang sadis. Rakyat mengakrabinya dengan istilah begal politik yang memutilasi hak kontitusianal warga negara.
Begal kini sedang berpesta, menunjukkan kekuatan dan mengumumkan kemenangannya, membunuh dan merampas segenap hak rakyat dan lembaga lain, begal tak lagi menunggu lengang dan lengah.
Lihatlah laku begal yang haus kekuasaan itu, bagaimana ia membunuh harapan-harapan utama para aktifis prodemokrasi yang menyuarakan reformasi, membegal tugas dan kewenangan KPU, dan celakanya, ada yang berjuang meneriakkan tuntutan reformasi itu sekarang bergabung dengan komplotan para pembegal itu.
Begal menjadikan kehidupan politik mencekam dan demokrasi menjadi terancam. Begal bukan hanya merampas dan membunuh, tetapi juga mencabik-cabik cita dan masa depan demokrasi. Jika laku begal ini dibiarkan berkembang, maka selesailah ideal-ideal berbangsa dan bernegara.