Mohon tunggu...
Rahmat Tk Sulaiman
Rahmat Tk Sulaiman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Dosen dan Aktifis Sosial Keagamaan

Dari SURAU Untuk BANGSA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pakiah: Dari Masyarakat untuk Masyarakat

27 Juni 2020   18:11 Diperbarui: 27 Juni 2020   18:11 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pakiah akhir-akhir ini sudah menjadi topik pembicaraan pada berbagai diskusi, termasuk oleh Jaringan Pakiah itu sendiri pada acara Halaqah Pakiah Virtual. Pakiah mencoba untuk membicarakan dirinya sendiri sebagai sebuah refleksi. Selama ini Pakiah belum banyak (kalau tidak dikatakan tidak pernah) dijadikan sebagai tema seminar. 

Pada masa pandemi covid19 ini dimana menuntut masyarakat untuk stay at home, beberapa pakiah termasuk penulis sendiri mengisiasi mengisi ruang diskusi yang kosong tentang pakiah itu sendiri ke dalam forum diskusi. Forum silaturahim pakiah secara online menggunakan aplikasi juga dimanfaatkan untuk merefleksikan eksistensinya dari waktu ke waktu. 

Seiring dengan perkembangan zaman pakiah itu sendiri mengalami proses transformasi dari setiap generasi. Terjadinya proses transformasi pada diri pakiah mengantarkannya menjadi menarik dibicarakan, karena akhir-akhir ini pakiah sudah banyak berkhidmat di berbagai sektor dan lembaga.

Studi tentang pakiah dalam bentuk karya ilmiah seperti skripsi dan tesis memang sudah ditemukan di beberapa kampus, termasuk praktek mamakiah oleh pakiah dengan mengunjungi rumah warga secara door to door setiap hari kamis dan jumat. Hal itu menunjukan bahwa pakiah dengan realitas sosial yang melekat pada dirinya menjadi menarik untuk ditulis dan dicermati. Pakiah itu sendiri menarik dan unik, meskipun sekarang pakiah itu juga disebut dengan panggilan santri. 

Hakikatnya pakiah dalam realitas sosial masyarakatnya berbeda dengan santri di pesantren jawa. Meskipun pakiah sekarang lebih cenderung juga menyebutkan diri mereka dengan sebutan santri.

Mulai tidak populernya penyebutan pakiah dibandingkan sebutan santri disebabkan oleh proses penyeragaman terkait dengan administrasi lembaga pendidikan agama seperti pesantren, bahkan anak-anak yang belajar di TPQ/ TPSQ serta MDTA juga dipanggil dengan sebutan santri. Meskipun demikian di tengah-tengah masyarakat anak muda yang belajar di surau atau pesantren yang pada setiap kamis jumat pergi mamakiah, selalu dipanggil dengan sebutan pakiah, di lembaga pendidikan mereka sendiri sekarang ini sudah menggunakan istilah santri dan tidak banyak lagi (kalau tidak dikatakan tidak ada) menyebut dengan panggilan pakiah. 

Sebab dalam persepsi masyarakat maqam sosialnya berbeda, sebutan santri dinilai sedikit lebih elitis dan terpelajar dibandingkan dengan sebutan pakiah. Pakiah selalu diindentikan dengan orang yang berasal dari keluarga kurang mampu, kemudian belajar agama di surau yang fasilitasnya serba berkekurangan dan membiayai kebutuhan sehari-harinya dengan menemui masyarakat untuk bersedekah.

Apa yang membedakan pakiah dengan santri?. Padahal mereka sama-sama belajar ilmu agama di lembaga pendidikan yaitu pesantren (secara umum) dan di surau secara khusus dalam sebutan daerah di padang pariaman sekitarnya, meskipun sekarang disebut juga dengan pesantren, karena memang lembaga pendidikan agama itu di kementerian agama disebut pondok pesantren. 

Kemudian sama-sama bermukim di pondok dan dibimbing oleh kiai, ustadz, buya atau tuanku. Bedanya ada sebagian pakiah melakukan praktek mamakiah pada setiap hari kamis dan jumat untuk memenuhi kebutuhannya di surau, karena kekurangan biaya.

Dulunya terkesan bahwa yang menjadi pakiah adalah berasal dari keluarga kurang mampu, tidak belajar di sekolah formal (umum) seperti SMP atau SMA, nilai pelajaran umumnya rendah. Bahkan ada yang tidak diterima di sekolah umum, kemudian diserahkan mengaji ke surau atau pesantren tradisional. 

Padahal untuk bisa mempelajari ilmu agama membutuhkan input atau orang-orang yang otaknya cerdas, karena banyak sekali kitab yang harus dipelajari, banyak ayat dan hadist serta hafalan lainnya yang harus dihafal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun