Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mitos-mitos Kemiskinan

20 November 2022   14:45 Diperbarui: 20 November 2022   14:47 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mitos adalah kepercayaan tak berdasar yang diterima orang sebagai kebenaran. Mitos kerap diterima karena perubahan berfikir yang sulit didobrak. Sering kita temui banyak orang terjebak dalam memahami" kemiskinan'' hingga masuk dalam beberapa mitos.

Pertama:  Mitos overgeneralisasi, yang dalam istilah logika dikenal dengan 'fallacy of dramatic instance' yaitu mengambil beberapa contoh lalu menyimpulkan secara general. Semisal jangan berharap dari lingkungan kumuh ada calon-calon konglomerat.

Kedua , mitos blaming the victim ( argumentum ad hominem ), yaitu dengan menyalahkan. Orang miskin dianggap belum mampu "berakulturasi" dengan kehidupan. Mereka mengalami banyak masalah dan menderita efek psikologis akibat budaya kemiskinan dan nilai-nilai sosial yang menyimpang. Mereka sendirilah yang jadi penyebab dari penderitaan mereka.

Ketiga, mitos determinisme retrospektif yang menganggap kemiskinan adalah tragedi kepastian , nasib/takdir. Namun biasanya dicari legitimasinya pada sumber-sumber otoritatif (argumentum ad verecundiam). Kemiskinan merupakan fakta sejarah bahkan orang menyebutnya iman kepada takdir sebagai penerimaan dan kepasrahan pada masalah kemiskinan.

Dari mitos kemiskinan sekilas terbersit, dalam beramal atau berzakat apakah hanya karena perintah agama dan tidak mungkin dengan amal/zakat ini merubah nasib mereka? Atau, kita beramal/berzakat karena hak mereka kita sia-siakan, mereka miskin karna sebagian saudara kita memanfaatkan kemiskinan, mereka miskin karna kita bersama-sama mengeksploitasi mereka.

Dalam mengatasi kemiskinan hal pertama yang bisa dilakukan adalah mengatasi kekeliruan berfikir. Sering kita dapati orang miskin akan mudah menerima/berfikir bahwa hidupnya hina,  tidak berkualitas dan cendrung tidak mau menghadapi tantangan sekalipun ada kesempatan. Juga ada yang berfikir dengan kerja keras dan prihatin ia akan kaya jua, tapi tidak mencerna informasi penting.

Mindset harus diubah dari konsumtif jadi produktif namun tanpa menyebabkan kerusakan lingkungan. Yang tadinya jualan sayur jadi jualan bibit sayur, penjual ikan jadi jualan bibit ikan dan sebagainya. Ini bisa terjadi bila manusia tak hanya mementingkan keuntungan pribadi semata namun juga keuntungan mahkluk-mahkluk  penunjang bumi, cara pintas dengan penguasaan iptek lalu didukung dengan sosial politik.

Dukungan dari orang-orang yang telah berani mendobrak kemiskinan dan berhasil, sangat dibutuhkan. Ini menjadi tantangan manusia di masa depan dalam usaha-usaha pencerdasan, kesadaran kesalahan berfikir yang harus lebih ditegaskan. Bantuan finansial selayaknya dibarengi dengan bimbingan-pendampingan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun