Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengaplikasikan Nontunai

13 November 2022   05:17 Diperbarui: 13 November 2022   05:20 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai orang yang lahir dan besar di Jakarta, saya beberapa kali mengalami hal-hal yang mengejutkan perihal peralihan teknologi alias gagap teknologi. Sudah cukup lama handphone memegang predikat sebagai dunia dalam genggaman tangan kita dengan segala informasi yang mudah didapatkan. Dan ternyata tidak hanya sebatas itu. Handphone semakin menjadi-jadi dalam fungsinya.

 

Tidak hanya tentang aplikasi Peduli Lindungi yang menyingkirkan kartu vaksin, handphone kini sudah menjadi alat mediator pembayaran menggantikan uang. Saya pernah mengalami penolakan untuk parkir ke sebuah mall karena mereka sudah menerapkan e-money. Awalnya saya kira hanya E-money saja yang berasal dari Bank konvensional, ternyata ada selain itu yang dikenal sebagai finteck seperti E-wallet yang kita kenal  Gopay, Ovo, Paylater, dan sebagainya.

 

Kemudian kartu debit dan kartu kredit pun menjadi lebih komplit. Yang terdahulu dengan gesek di mesin Pos ( poin of sale ) sekarang bisa dengan layanan elektonik Qris. Semuanya nyaris tanpa kontak langsung dengan seseorang, tinggal ketik atau tempel/scan barcode.

 

Kita semakin merasakan desakan untuk mengikuti ekosistem pelayanan yang beralih pembayaran nontunai untuk sistem monetitasi. Dan itu didukung kuat oleh perbankan Indonesia, untuk mendongkrak masyarakat mengadopsi era digitalisasi. Jakarta dan kota-kota besar lainnya mengawali integrasi sistem pembayaran nontunai ini.

Kaget? Pastinya. Tapi tidak terlalu merepotkan, kok. Seperti halnya kartu debit atau kartu kredit saja, bedanya justru lebih dipermudah. Kita tidak perlu meluangkan waktu pergi ke kantor Bank dan mengantri. Mirip-mirip saat kita menggunakan e-banking, transaksi cukup di handphone.

 

Bagi sebagian masyarakat di luar kota-kota besar mungkin kurang merasakan fenomena ini tapi dampaknya bisa terlihat. Sistem penjualan online sudah begitu massivenya, peredaran uang cash terasa kian sempit, ditambah kemudahan yang membuat kita enggan beranjak dari tempat.

 

Saya pernah mengalami penipuan, beli di market online dengan memilih sistem COD, setelah barang datang saya bayar ke kurir dan ternyata barang tidak sesuai dengan pesanan, barang yang datang berharga jauh lebih murah! Kesal, dong. Tentu saja saya tidak bisa menyalahkan kurir karena dia sudah menalanginya. Hal itu tidak akan terjadi jika menggunakan jasa pembayaran elektonik.

 

Mau tidak mau zaman berubah. Meskipun sifat-sifat manusia masih mempengaruhi keadaan, tapi perlindungan dan jaminan dari otoritas Bank Indonesia terhadap sistem pembayaran nontunai ini cukup menjadi alasan utama untuk masyarakat beralih, baik perlahan-lahan maupun terpaksa, menjadi bagian dari digitalisasi.

 

Oh, ya! Terus terang saya punya aplikasi Gojek tapi tidak pernah menggunakannya. Ups! Maksudnya tidak pernah menjadi driver maupun penumpang tapi saya tetap memilikinya. Hal itu karena aplikasi tersebut berguna, setidaknya sudah beberapa kali orang lain menikmati dengan adanya aplikasi itu. Saya tidak membayar apalagi dibayar tapi dua pihak yang membutuhkan sudah tertolong.

Slogan pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat memang diperkuat dengan adanya aplikasi-aplikasi. Dengan kata lain pulih lebih kuat dengan bangkit lebih cepat, atau bisa juga lebih cepat-cepat bangkit  lebih kuat, perlu diaplikasikan. Dan beruntungnya, sekarang harga handphone yang gahar sudah terjangkau mengimbangi perkembangan jaringan seluler 3G ke 4G, 5G, dan seterusnya. Gaptek wajar, ketinggalan jangan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun