Hadirnya tayangan-tayangan televisi yang bisa dibilang kurang bermutu saat ini, dapat dipertanyakan esensi dan mamfaat yang diberikan kepada pemirsa. Seharusnya pihak media televisi memikirkan secara kritis mamfaat dan dampak yang diberikan lewat tayangan yang mereka sajikan.Sebut saja salah satunya yaitu tayangan yang hadir setiap harinya dilyar televisi dengan menunjukkan skiil-skill dan kemampuan dalam dribbling bola. Jika di telaah secara mendalam, tayangan yang hadir hampir setiap hari dilayar televisi pemirsa kurang bermamfaat dan bisa dibilang kurang bermutu sebagai konsumsi tontonan masyarakat. Tayangan yang melebih-lebihkan sesuatu seperti tendangan yang berapi-api, atau tendangan yang disertai angin topan. Jika dilogikakan memang tidak masuk di akal, bahkan tidak sedikit yang menertawakan dan sampai mencemooh tayangan tersebut.
Fenomena seperti ini menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat. Sebagian pihak yang pro mengangkat pamor dan eksistensi tayanagan tersebut dengan memaparkan skill-skill yang diperlihatkan dalam tayangan tersebut. Pihak yang pro juga menilai adanya sisi-sisi religious dilihat dari ketaatan dan kepatuhan madun dalam menunaikan kewajibannya sebagai muslim yang taat. Selain itu kepatuhan dan kesopanan madun kepada orang tua dan masyarakat sekitar, menambah nilai social dan kehumanioraannya.
Sedangkan pihak yang kontra menilai tayangan ini tidak berkualitas. tayangan yang berkomposisi 80% hanya memperlihatkan skill dan kemampuan dribbling bola. Hal ini patut di pertanyakan kenapa seseorang yang mempunyai skiil dan kemampuan dalam dribbling bola bisa main film meskipun tanpa kemampuannya berakting. Hal ini secara perlahan tentu akan merusak pamor citra perfilman.
Bicara masalah kemampuan dan dribbling bola seseorang yang sering dan sangat mudah kita jumpai. Tentu hal ini bukanlah sesuatu yang unik dan langka untuk ditonton lewat layar kaca. Apalagi kemampuan yang kurang dalam berakting membuat orang semakin jenuh dalam menonton.
Tidak hanya tayangan diatas, bicara sinetron laga yang sering tampil disalah satu televisi juga terkesan berlebihan dan tidak masuk diakal. Terkadang kita sering melihat seorang pendekar yang sedang bertempur dengan seeokor naga diatas langit. Tak sedikit juga yang tertawa terbahak-bahak ketika menonton sinetron tersebut. Sebenarnya tayangan itu bermaksud untuk menunjukkan karakter dan kemampuan pendekar dalam memusnahkan danmengaancurkan naga. Akan tetapi karena terlalu dipaksakan terutama dalam pengeditan sehingga pendekar yang seakan berkelahi dengannaga tidak lagi bisa tidak mengenai naganya. Dan parahnya lagi editan yang kurang sempurna melihatkan background yang terlalu dominan dan itu saling konradiksi dengan para pemain. Sehingga tak jarang ketika menonton sinetron ini orang lebih cendrung ketawa dibanding terkagum-kagum atau takjub dengan tayangan tersebut.
Kegalauan juga terjadi dibeberapa acara gosip selebriti, yang mana kebenaran atas beritanya belum diketahui secara jelas. Bisa dibilng acara gosip yang selalu menemani pemirsa merujuk keranah persepsi subjektif. Sehingga tak jarang kita menjumpai ragam ulasan kabar dan berita seputar berita selebriti yang berbeda di setiap acara maupun di masing-masing stasiun televisi. Hal ini juga berdampak terhadap ranah privasi seseorang yang dipublikasikan. Memang diakui kebanyakan berita yang mengarah ke ranah privasi seseorang akan lebih menjual ketimbang pemaparan berita menurut tataran idealis. Apalagi orang tersebut memegang peranan penting sebagai public figure, berita tentang dirinya akan jauh lebih menjual. Akan tetapi apakah kita akan melupakan begitu saja tataran idealis dan konsep kebebasan media yang bertanggung jawab. Bicara masalah gaya dan konsumsi masyarakat di Negara maju tidak jauh bedanya dengan Negara berkembang terutama indonesia. Akan tetapi film dan tayangan dinegara maju sudah memiliki kapasitas proposisi yang tinggi. Sehingga tidak salah jika mereka terus berfikir maju karena hormon mereka terpacu saat melihat tayangan yang begitu menakjubkan.
Seharusnya pihak media di Indonesia juga memerhatikan efektifitas dan esensi yang diberikan kepada masyarakat. Kitapun juga diminta untuk memerhatikan dan mengambil nilai dari tontonan. Seandainya kitatetap bersikukuh dengan gaya dan pola konsumsi terhadap media saat ini, generasi penerus juga akan dipertanyakan nantinya. Karena secara behavioral mereka akan mewarisi budaya konsumsi media yang salah. Untuk itu kita perlu menelaah lebih dalam terhadap gaya dan pola konsumsi kita terhadap media saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H