Mohon tunggu...
Rahmat Mulia Harahap
Rahmat Mulia Harahap Mohon Tunggu... Insinyur - Laki-laki

Untuk suatu perubahan kearah yang lebih baik harus dimulai dari diri sendiri biarpun itu hanya sedikit.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Untuk Apa Melambai

14 September 2019   09:44 Diperbarui: 14 September 2019   09:57 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tiba-tiba silhuet dirimu menari birahi di angkasa  Aku kembali jejaka dua puluh satu pecahkan anggur penuhi cakrawala Sekejap                                                     Kemudian semua diam angin berhenti aku luruh pada bumi memutih dua ratus purnama mati rasa

Aku ingin badai di dadaku bakar dirimu hingga sirna tak berbekas bersama janji yang dusta kesetiaan yang zombie tapi benci tidak pernah dewasa di genggaman waktu  dia selalu balita di relung nasib yang mungkin hidupkan cahaya di titian yang memisah

Untuk apa melambai tidak ada yang datang dan tidak ada yang pergi Selain ilusi yang kita asuh di ruang berkabut  berharap simanis yang membuat tertawa walau tahu semua samar di atas kursi goyang lalu  waktu; istirahat dalam damai dan esok jelita yang membuat pipimu merah jambu

Palembang, Sept. 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun