Tiba-tiba silhuet dirimu menari birahi di angkasa  Aku kembali jejaka dua puluh satu pecahkan anggur penuhi cakrawala Sekejap                           Kemudian semua diam angin berhenti aku luruh pada bumi memutih dua ratus purnama mati rasa
Aku ingin badai di dadaku bakar dirimu hingga sirna tak berbekas bersama janji yang dusta kesetiaan yang zombie tapi benci tidak pernah dewasa di genggaman waktu  dia selalu balita di relung nasib yang mungkin hidupkan cahaya di titian yang memisah
Untuk apa melambai tidak ada yang datang dan tidak ada yang pergi Selain ilusi yang kita asuh di ruang berkabut  berharap simanis yang membuat tertawa walau tahu semua samar di atas kursi goyang lalu  waktu; istirahat dalam damai dan esok jelita yang membuat pipimu merah jambu
Palembang, Sept. 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H