Mohon tunggu...
Rahmat Maulana Maghribi
Rahmat Maulana Maghribi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berpijak pada kebaikan lama dan Bijak dalam merespon kekinian

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Sejarah Masuknya Islam di Kadipaten Pasir Luhur

18 Desember 2023   10:55 Diperbarui: 18 Desember 2023   12:31 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komplek Depan Makam Syekh Makdum Wali

Syekh Makdum Wali berasal dari kota Demak, beliau datang ke kadipaten Pasir Luhur yang sekarang disebut dengan nama desa Pasir Luhur Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas atas perintah dari raden Patah untuk menyebarkan ajaran Islam pada abad ke-15. Pada saat itu kadipaten Pasir Luhur dibawah kekuasaan raden Banyak Blanak sebagai adipatinya dan yang menjadi patih adalah adiknya sendiri yaitu raden Banyak Geleh atau patih Wirakencana.

Sesampainya Syekh Makdum di kadipaten Pasir Luhur, ia langsung menemui raden Banyak Blanak dan meyampaikan pesan daripada raden Patah. Dengan penyampaian yang halus dan penuh etika, akhirnya raden Banyak Blanak menerima ajaran Islam dan pada saat itu juga ia dan adiknya masuk Islam. Ketua Yayasan syekh makdum Kiai Zaeni Mubarok, mengatakan bahwa "sebelum Syekh Makdum datang ke kadipaten pasir luhur beliau sudah berkomunikasi dengan raden Banyak Blanak terlebih dahulu melalui jalur batin, hal tersebut yang menjadikan Syekh Makdum Wali mudah diterima oleh kerajaan pasir luhur. Setelah masuk Islamnya pemimpin di kadipaten Pasir Luhur, muailah Syekh Makdum didampingi oleh raden Banyak Blanak dan adiknya menyebarkan ajaran Islam, dengan corak kewalian yang dimiki oleh Syekh Makdum, mereka menyebarkan Islam dengan mudah dan tanpa harus ada pertumpahan darah. Berdasarkan data yang kami dapat dari salah satu juru kunci yang bernama bapak Jufri, ia mengatakan bahwa "pada zaman dulu para wali itu menyebarkan ajaran Islam dengan menggunakan kebudayaan lokal yang kemudian dkodifikasi menjadi suatu alternatif dalam penyebaran Islam".

Selang berjalnya waktu, semakin banyak orang yang masuk Islam, kemudian raden Banyak Blanak mendapat panggilan oleh raden Patah untuk datang ke kerajaan Demak. Mendengar hal tersebut, kemudian ia langsung pergi menuju Demak dan bertemu langsung dengan raden Patah. Setelah berbincang, kemudian Banyak Blanak diberi gelar oleh raden Patah yaitu Pangeran Senopati Mangkubumi I. Setelah diberi gelar kemudian Banyak Blanak langsung pulang ke kadipaten Pasir Luhur, sesampainya di Pasir Luhur ia kemudian ditanya oleh syekh Makdum perihal apa yang ia dapatkan setelah menemui raden Patah di Demak. Lalu Banyak Blanak lantas menceritakanya dan Syekh Makdum yang mendengarnya langsung mengucapkan Alhamdulillah dan merasa senang karena gelar pangeran senopati merupakan gelar tertinggi pada tinggat kadipaten zaman itu, kemudian Syekh makdum mengajak senopati Mangkubumi untuk melanjutkan perjuangannya menyebarkan ajaran Islam khususnya dipasir luhur dan sekitarnya.

Gelar Pengeran Senopati Mangkubumi ini juga termasuk pencapaian dari raden Banyak Blanak karena sudah menyelesaikan tugas dari kesultanan Demak untuk meng-Islamkan daerah barat Pasir Luhur sampai daerah Pasundan (Jawa Barat). Pada saat itu beberapa kadipaten yang berhasil diIslamkan diantaranya adalah: Kadipaten Mruyung, Kadipaten gelundung Bentar (Pagadingan), Kadipaten Hendralaya, Kadipaten Batulaya, Kadipaten Timbanganten (Bandung), Kadipaten Ukur (Bandung Selatan), Kadipaten Cigalunggung. Tidak hanya itu Syekh Makdum Wali dan Pangeran senopati Mangkubumi juga menyelesaikan tugas, yaitu meng-Islamkan Jawa Tengah sampai Jawa Timur, beberapa kadipaten yang berhasil di Islamkan mereka diantaranya: Gegelang, Ponorogo, Kajoran, Pasuruan, Lembat Tembat, Sulambitan, Santenan (Pati).

Penyebaran ajaran Islam tidak lepas dari pantangan dan ujian, hal tersebut juga dialami oleh senopati Mangkubumi dan Syekh Makdum Wali. Beberapa penolakan yang terjadi baik berupa argumen maupun pemberontakan mulai terjadi, yang sangat miris terjadi adalah pemberontakan yang dipimpin langsung oleh raden Banyak Thole. Diketahui beliau adalah putra dari raden Banyak Blanak yang tidak sependapat dengan ajaran ayahnya, hal tersebut tidak didasari atas dirinya sendiri melainkan karena terpengaruh oleh orang-orang di sekitar kerajaam pasir luhur yang belum memeluk Islam. Mereka membuat suatu perkumpulan dan menghasut raden Banyak Thole untuk keluar dari Islam, dengan penuh keyakinan mereka untuk mengpengaruhi raden Banyak Thole akhirnya membuahkan hasil, raden Banyak Thole akhirnya keluar dari Islam.

Setelah bergabung dengan kelompok yang bertentangan dengan Islam, raden Banyak Thole mulai memimpin untuk memberontak ayahnya sendiri yaitu pangeran senopati Mangkubumi, kemudian terjadiah perang saudara antara ayah dan putranya sendiri. Melihat hal tersebut Syekh Makdum Wali tidak tinggal diam, ia kemudian membantu meredamkan peperangan itu. Dengan bantuan tantara dari kerajaan Demak, mereka mengejar raden Banyak Thole menuju arah selatan, mengetahui bahwa tantara pasir luhur mengejarnya akhirnya raden Banyak Thole lari menuju arah timur sampai disuatu daerah yang sekarang disebut sebagai kabupaten kebumen. Merasa belum aman dengan kejaran yang dilakukan oleh tantara pasir luhur, raden Banyak Thole lari lagi keselatan sampai disuatu daerah yang sekarang disebut dengaan desa petanahan kabupaten kebumen.

Setelah tinggal beberapa saat di derah petanahan guna untuk menyembunyian diri, raden Banyak Thole akhirnya meninggal dunia. Kabar meninggalnya beliau sampai pada telinga senopati Mangkubumi, mendengar itu senopati merasa sedih dan kecewa serta merasa gagal karena salah satu putranya harus meninggal dalam keadaan yang tidak lazim yaitu dalam keadaan murtad atau keluar dari Islam. Selang berjalannya waktu kesedihan itu tidak menyurut bahkan malah bertambah, yang menyebabkan pangeran senopati Mangkubumi sakit parah, ia selalu merasa bahwa telah gagal mendidik putranya sendiri, dirinya selalu diselimuti rasa gelisah dan kecewa. Hal ini makin hari semakin menjadi, sampai kesehatan dari senopati Mangkubumi semakin parah, dan ia pun meninggal dunia, dan dimakamkan disebelah utara dari makam/cungkup utama yang biasa digunakan berdoa bagi para peziarah.

Sepemeninggal pangeran senopati mangkubumi, kerajaan pasir luhur mengalami kekosongan kekuasaan, akhirnya pada saat itu raden Banyak Geleh atau patih Wirakencana dipanggil oleh Syekh Makdum Wali. Ia menceritakan kepada raden Banyak Geleh akan perjuangan kakanya yang masih panjang dan harus diteruskan dan ia mengajak raden Banyak Geleh untuk melanjutkan titah kakaknya. Hal tersebut tidak langsung disepakati oleh raden Banyak Geleh, ia meminta satu syarat kepada Syekh Makdum Wali sebagai jaminan ia mau melanjutkan perjuangan kakanya yaitu pada saat meninggal dunia nanti raden Banyak Geleh ingin sekali dimakamkan disamping Syekh Makdum Wali. Mendengar hal tersebut Syekh Makdum Wali mensepakati dan akhirnya mereka berjuang bersama untuk menyebar luaskan ajaran agama Islam.

Selang berlajannya waktu perjuangan Syekh Makdum dan patih Wirakencana menjadi pintu hidayah bagi orang-orang yang belum masuk Islam, dengan kesabaran dan keberanian mereka berdua bersama-sama berdakwah menyebar luaskan Islam. Bantuan tantara dari kerajaan Demak juga menjadi salah satu faktor kesuksesan mereka dalam berdakwah. Mendengar hal ini kemudian patih Wirakencana mendapat surat yang berisi undangan untuk hadir di kerajaan Demak dan menghadp langsung kepada raden Patah. Kemudian beliau juga mendapat gelar yang sama yaitu Pangeran Senopati Mangkubumi II. Mendengar hal tersebut Syekh Makdum sangat senang karena akhirnya ada yang melanjutkan perjuangan Senopati Mangkubumi I, mereka kemudian melanjutkan perjuangan menyebarkan ajaran agama Islam.

Dalam perjalanan perjuangan Syekh Makdum Wali dan Senopati Mangkubumi II berjalan tanpa hambatan tidak seperti pada saat perjuangan Senopati Mangkubumi I. Namun pada tanggal 2 Sya'ban Syekh Makdum Wali harus pulang ke rahmatullah, beliau meninggal dunia dan dimakamkan di cungkup utama, tak lama dari sepemeninggalnya beliau, Senopati Mangkubumipun meninggal dunia, sesuai dengan perjanjian diawal akhirnya beliau dimakamkan disamping makam Syekh Makdum Wali. Masih banyak pendapat yang saling bertentangan dengan pemakaman beliau berdua, ada yang mengatakan bahwa makam keduanya berada disebelah timur makam Senopati Mangkubumi I ada yang mengatakan sebelah Selatan makam Senopati Mangkubumi I, namun ada pendapat yang menguatkan bahwa makam yang berada disebelah selatan itu hanya sebuah pusaka yang dikubur kemudian yang disebelah timur ialah makam asli dari syekh makdum wali dan Senopati Mangkubumi II.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun