Mohon tunggu...
Rahmat Hidayat
Rahmat Hidayat Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa yang sedikit malas dan sedikit suka memikirkan hal yang baginya penting.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ironi Perusahaan di Bumi Cendrawasih

8 Mei 2012   05:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:33 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kurang tau kapan pastinya di bangunnya perusahan ini, cukup banyak kontroversi yang terjadi oleh karenanya, terlihat dimana kekuasaan bangsa adidaya mampu membungkam negara muda yang masih membangun negaranya hingga tidak mampu bertahan karena tekanan yang sebenarnya sangat ironi.

Kita mulai dari awal, dimana di kala seorang penguasa yang haus harta, yang dulunya seperti ingin membangun dengan janji-janji indah, dengan tumpahan darah memperjuangkan kemerdekaan, tidak tau kemana semua itu pergi, mereka berubah menjadi para hiu yang ada di perut ibunya, mereka bertarung satu sama lain untuk memperebutkan kekuasaan kekayaan mereka, hingga melupakan tujuan awalnya yang semua rata-rata adalah para nasionalis dan merupakan founder bangsa ini.

Hingga karena kekuasaan yang membutakan membuat para penguasa harus menyerahkan pengolahan hartanya kepada pihak asing yang tamak, yang hanya menguntungkan kantong masing-masing. Disini timbul pertanyaan, kemanakah kepedulian mereka kepada bangsa ini?Apakah mereka tidak peduli dengan tujuan negara untuk mencapai kejayaan? Sungguh ini ironi.

Dan berlanjut kepada kebohongan kebohongan serta ketakutan ataupun kebodohan yang terjadi karena negara ini yang terlalu patuh pada perusahaan ini, di mulai dari awalnya claim mereka tentang tambang yang sudah di keruk berpuluh tahun adalah tembaga, yang akhirnya diketahui yang di ambil adalah emas, apakah ini realita? Masih terjajah oleh negara lain, dimana dalam pembukaan Undang Undang Negara 1945 mengatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus terhapuskan?

Lalu setelah di hitung-hitung, profit yang di berikan dari penghasilan kepada bangsa ini, hanya 1% nya. Menjadi sebuah pertanyaan besar, kemanakah taring negara ini? Apakah mungkin keuntungan yang mencapai Rp 10,000,000,000,000,000 per tahun bisa diperoleh tanpa pemerasan terhadap hasil bumi bangsa ini ? Milik negara ini. Sungguh angka yang sangat besar, dimana dengan dana tersebut saya yakin bisa membangun perusahaan tersebut sekali lagi. Tapi yang di dapat oleh negara yang di keruk selama bertahun-tahun ini apa? Sungguh pembodohan negara yang pahit.

ini merupakan hal yang wajar. Tapi sekarang negara yang perusahaannya menjajah dan membodohi negara ini adalah negara yang faktanya adalah negara nomor satu di dunia dalam perserikatan bangsa bangsa, yang mengklaim dirinya sebagai penegak HAK AZAZI MANUSIA, yang menindak kejahatan perang, dan pastinya menjadi contoh dari semua negara. Sungguh ironi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun