Mohon tunggu...
Rahmat Thayib
Rahmat Thayib Mohon Tunggu... Penulis - Sekadar bersikap, berharap tuna silap.

Sekadar bersikap, berharap tuna silap. Kumpulan tulisan saya: http://rahmathayib.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Salah Kaprah Tudingan terhadap FPI dan Agus Yudhoyono

5 Januari 2017   01:07 Diperbarui: 7 Januari 2017   03:28 2457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Padahal, SBY tidak pernah menyebut FPI secara spesifik. Lalu, yang mengawal kasus penistaan agama yang mendakwa Ahok bukan hanya FPI, melainkan GNFMUI- ada banyak ormas Islam dan pribadi-pribadi orang Islam yang mendukungnya. Dengan demikian, terlalu sukar jika kita menyebut konferensi pres itu semata-mata untuk menarik dukungan FPI. Tidak mungkin jutaan orang yang hadir di ABI Jilid II dan Jilid III itu semata-mata massa FPI.

Dukungan SBY atas pengawalan penistaan agama yang mendakwa Ahok dilandasi atas kesadaran bahwa gerakan itu semata-mata mencari keadilan. Mustahil jika gerakan itu terwujud hanya demi urusan Pilkada Jakarta, untuk urusan politik. Mustahil gerakan itu begitu besar jika tidak diikat sesuatu yang lebih tinggi ketimbang urusan politik, dan itu adalah perkara agama.

Apa umat Islam itu mau jalan kaki dari Tasikmalaya ke Jakarta hanya untuk kepentingan Pilkada Jakarta? Terlalu menurut saya.

Jika hendak salah-menyalahkan atas membesarnya efek kasus penistaan agama ini, maka kita patut bertanya kepada aparat hukum. Ahok disebut sudah berulang-ulang menista agama, sehingga Advokat Cinta  Tanah Air sampai 9 kali melaporkannya. Tetapi prosesnya terkatung-katung. Jika saja penanganannya lebih cepat pasti  Aksi Bela Islam tidak akan sebesar itu.

Kelima, SBY makar. Ini yang paling lucu, apalagi beralas skenario-skenario-an. Sejak jauh-jauh hari SBY telah menolak tegas penjungkalan presiden di tengah periodesasi pemerintahan. Bagi para tokoh yang kebelet hendak duduk di kursi RI 1, SBY selalu menegaskan agar menunggu moment Pilpres 2019. Ketika isu makar membuncah, SBY kembali menegaskan prinsip kenegarawanannya ini dalam artikel Pulihkan Kedamaian Dan Persatuan Kita di Harian Rakyat Merdeka, Senin (28/11/2017). Menjadi janggal ketika penegasan berulang-ulang dari SBY malah ditanggapi dengan tudingan hendak berbuat makar. 

Jika senggang silakan Hedi main ke SBY dan 5 Jawaban Untuk Tudingan Makar , biar mendapat pandangan berbeda.

Lagipula, jika makar siapa yang sebenarnya diuntungkan? Bukankah orang-orang dari lingkar istana sendiri? Pecinta teori konspirasi tentu paham akan hal ini. Lagipula apa manfaat berbuat makar untuk SBY? Makar demi memenangkan AHY di Pilkada Jakarta? Betapa tak masuk akalnya pikiran ini.

Tapi demikianlah dampak dari ilmu cocokisasi digunakan. Salah kaprah jadi amat rentan terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun