Dunia kembali berduka. Penembakan membabi buta yang terjadi di distrik Kia Kaha Kawasan Christchurch menjadi pemicunya. Adalah Brenton Harrison Torrant, 28 tahun, sang terduga yang telah melakukan kebiadaban kemanusiaan. Kali ini korbannya adalah umat muslim yang sedang melakukan shalat jumat di Mesjid Al Noor dan Mesjid Linwood. Tak tanggung-tanggung, tercatat 49 nyawa melayang dan 42 lainnya terluka parah.Â
Dunia bereaksi, dunia mengutuk. Pemimpin dunia, baik pemimpin negara maupun pemimpin agama mengecam aksi biadab yang tak berkeprimanusiaan itu. Dunia beramai-ramai menyampaikan simpati. Tanpa mengenal agama, suku bangsa dan ras, dunia menyampaikan duka cita mendalam bagi seluruh korban.Â
Pihak kepolisian Selandia Baru bergerak cepat menangkap pelaku dan beberapa orang yang diduga ikut terlibat. Torrant, sang pelaku, yang merekam aksi terkutuknya dengan live di sosial media langsung di gelandang ke hotel prodeo. Meski tersangka utamanya sudah tertangkap, video aksi brutalnya sudah beredar di jagad maya, di bagi dan  ditonton ratusan juta mata pengguna sosial media. Stop menyebarkan video itu jika sudah memilikinya.Â
Tragedi amoral ini seperti meruntuhkan image Selandia Baru, negara yang dikenal sebagai salah satu tempat teraman di dunia. Negara yang menjadi tempat tujuan wisata favorit para pejalan dunia. Selain kendahan alamnya yang luar biasa, faktor keamanan yang selama ini menjadi salah satu nilai jual negeri kiwi ini seakan sirna. Tragedi ini semakin memperkuat keyakinan bahwa tak ada sejengkal tanah pun di dunia ini yang aman. Tapi hal itu tak akan menyurutkan niat untuk menjelajahinya.Â
Sebagai seorang muslim dan pejalan, Mesjid selalu menjadi tempat yang wajib dikunjungi setiap bepergian ke satu tempat atau negara. Shalat di mesjid setempat laksana 'ritual' penting yang harus di jalani. Mesjid laksana rumah tempat bertemu dan bersilaturrahmi dengan sesama muslim dari berbagai penjuru dunia. Meski terkadang tak ada pembicaraan atau diskusi sesama jemaah, saling melempar senyum dan berjabat tangan usai shalat dapat menghadirkan keteduhan dan rasa damai tersendiri. Rasa yang meyakinkan bahwa kita tak sendiri di tempat asing ini.Â
Tragedi christchurch memberikan banyak pelajaran khususnya bagi traveler saat bepergian keluar negeri. Kejadian ini juga menjadi bukti bahwa teror dan teroris tak mengenal agama. Teroris, mahluk biadab yang memiliki pemahaman dangkal dan menyimpang terhadap suatu ajaran dan keyakinan. Â Teror dan teroris yang hanya ingin menciptakan kekacauan dan mengganggu kehidupan. Kemanapun kita melangkah saat bepergian harus selalu berhati-hati dan berjaga-jaga. Meski tak harus berprasangka buruk, kita harus selalu mengantisipasi hal terburuk. Selalu gunakan insting. Meski tetap harus selalu berhati-hati, jangan pernah takut bepergian. Jangan pernah takut traveling kemanapun. Ketakutan akan membuat para teroris itu merasa berhasil dengan aksinya. Mereka hanyalah pecundang yang merasa benar dengan keyakinannya yang salah dan menyimpang. Mereka hanya berani jika senjata otomatis dan kaliber canggih ada di tangan mereka. Saat sendiri, mereka sangat penakut bahkan terhadap bayangan mereka sendiri.Â
Kebenaran selalu menang, nyawa dan kesalamatan ada di tangan-Nya. Sekali lagi, jangan takut terhadap teroris dan jangan takut bepergian. Hayo lawan teroris denga nmenunjukkan keberanian diri. Mari kita sama-sama memanjatkan doa agar saudara-saudara kita yang menjadi korban mendapat tempat yang layak di sisi-Nya. Mari kita sama-sama berdoa agar dunia senantiasa dihindarkan oleh mahluk biadab seperti si Torrant dan teroris lainnya yang tak punya hati dan jiwa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H