Masih ingat cerita Panjat Tebing di Geopark Ciletuh ? Akhir pekan kemarin aku menyempatkan diri untuk bergabung dengan rekan-rekan climber yang sedang melakukan aktifitas pelatihan dan pemanjatan di Tebing Citatah 125. Karena harus menghadiri acara Kompasianival yang digelar di Jakarta keesokan paginya, aku hanya sempat melewatkan waktu sejenak bersama rekan-rekan panjat tebing yang tergabung dalam Indonesia Climbing Expedition (ICE).
Sekolah Panjat Tebing Merah Putih (SPTMP) kembali membuka pelatihan dan sekolah khusus untuk belajar dan berlatih panjat tebing. Bertajuk Sekolah Panjat Tebing Srikandi Nusantara yang diikuti 30 orang peserta berlangsung tanggal 10 – 13 Desember 2015 pekan kemarin. Uniknya, ini adalah untuk pertama kalinya SPTMP membuka sekolah khusus srikandi. Biasanya SPTMP menggelar pelatihan yang menggabungkan peserta pria dan wanita.
Tebing Citatah 125 berlokasi di Kecamatan Citatah, Kabupaten Bandung Barat. Tebing yang didominasi batuan Andesit dan Marmer ini berketinggian 125 meter, makanya diberi nama Citatah 125. Tebing yang memiliki karakteristik jalur pemanjatan yang beragam menjadikannya tempat favorit untuk berlatih mulai dari pemula hingga professional.
“
Ini angkatan pertama kelas pemanjatan khusus untuk wanita dan angkatan ke 60 untuk SPTMP,” ungkap Tedi Ixdiana yang aku temui hari jumat lalu di lokasi pemanjatan. Tedi Ixdiana yang aku panggil Kang Tedi, Kepala Sekolah SPTMP sudah malang melintang di dunia panjat tebing selama puluhan tahun. Berbekal pengalaman memanjat tebing di beberapa daerah, negara dan benua, Pria berdarah sunda ini menjadi perintis dalam pembuatan 1000 jalur pemanjatan. Beberapa diantaranya adalah tebing-tebing batu karang yang ada di Raja Ampat , Papua.
Bukan hanya panjat tebing, pria bertubuh mungil ini (maaf Kang Tedi, hehehe) juga menggeluti dunia Vertical Rescue (VR) yang sering membantu penyelamatan korban kecelakaan di ketinggian. Bersama dengan team di SPTMP yang memiliki slogan Semangat adalah Harga Mati, Kang Tedi sering diminta memberikan pelatihan VR di beberapa instansi baik pemerintah, militer hingga ke Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres).
Pernah menyaksikan acara di beberapa stasiun TV yang menayangkan pembuatan jembatan tertinggi di Indonesia di Pegunungan Jaya Wijaya menuju Puncak Cartenz di Papua? Jembatan itu dibuat oleh Team Sekolah Panjat Tebing Merah Putih yang digawangi Kang Tedi dan team sebagai hadiah kemerdekaan yang ke 70 untuk negeri tercinta ini. Hebat kan?
Sekolah Panjat Tebing Srikandi Nusantara diikuti oleh srikandi-srikandi tangguh penuh semangat dari berbagai daerah diantaranya Bogor, Bandung, Cianjur, Depok dan Jakarta. Dengan semangat pantang menyerah, mereka terlihat begitu antusias mengikuti seluruh materi baik teori maupun praktek yang diberikan oleh instruktur-instruktur berpengalaman. Materi tentang pengenalan alat, tali temali dan jenis simpul, pemanjatan tali terpasang (
Top Rope),
Ascending (naik) dan Descending (turun), pemasangan pengaman hingga ke pengenalan
Vertical Rescue adalah sebagian materi yang mereka pelajari selama pelatihan.
Meski cuaca terkadang tak bersahabat, srikandi-srikandi muda yang berasal dari berbagai sekolah mulai dari SMP hingga perguruan tinggi itu tetap berlatih dengan penuh semangat. Hal ini memberiku
paradigma positif bahwa petualangan bagi seorang wanita tak sekedar foto selfi di lautan bunga atau foto loncat-loncat di pantai dengan pakaian minim.
Petualangan pun memerlukan usaha dan semangat pantang menyerah dalam berlatih meskipun aktifitas yang mereka geluti biasanya lebih didominasi laki-laki. Dengan gaya meyakinkan, mereka terlihat merayap di sela-sela tebing dengan menggunakan harness dan tali pengaman. Sesekali terdengar suara mereka berteriak “Belay on” pada saat akan memulai pemanjatan atau “Lower me” saat akan turun dari ketinggian tebing.
Malam harinya mereka dengan tekun pula menyimak penjelasan teori yang dibawakan oleh instruktur-instruktur handal di dalam saung kelas dengan bantuan projector. Berbagai teori tentang pengenalan jenis-jenis panjat tebing diperkenalkan mulai dari panjat tebing petualangan, olah raga,
wisata hingga
Vertical Rescue. Materi teori yang sesekali diselingi pemberian kuis dengan hadiah menarik menjadikan srikandi-srikandi pemberani itu antusias dan semangat meski suasana malam di selimuti kabut dingin.
Menghimpun anak negeri yang memiliki jiwa dan semangat pantang menyerah untuk mempelajari dan menggeluti dunia panjat tebing adalah salah satu obsesi SPTMP untuk mencetak para pemanjat tebing handal. Melalui gerakan 1 Juta Pemanjat Tebing untuk Indonesia, SPTMP menggelar kegiatan sekolah di berbagai tempat di Indonesia. Beberapa tempat di Jawa, Bali, Sumatera dan Kalimantan telah mencetak 8000 alumni. Hingga saat ini, sekolah yang berpusat di Jalan Antapani no.40 Bandung itu masih terus menerima permintaan untuk mengdakan sekolah dan pelatihan panjat tebing di berbagai daerah. Aktifitas pelatihan dan sekolah ini akan terus dilakukan secara
simultan dan berkesinambungan. Semua ini dilakukan agar Indonesia tidak tertinggal dari negara-negara lain yang sudah sangat maju dalam dunia panjat tebing. “
Agar suatu saat kita bisa dengan kepala tegak mengatakan kepada dunia panjat tebing, Inilah Indonesia” kata kang Tedi dengan penuh semangat. Salam Ekspedisi!!
Lihat Travel Story Selengkapnya