Kami kembali menyusuri lorong-lorong dan terowongan di dalam Old City atau Kota Lama menuju Gerbang Herod, tempat kami masuk tadi. Beberapa aktifitas sudah mulai terlihat. Anak-anak yang berangkat ke sekolah, tentara Israel yang senantiasa mengawasi setiap sudut dan beberapa pedagang sudah mulai membuka tokonya. Kami kembali ke hotel untuk menikmati sarapan untuk selanjutnya menikmati City Tour untuk ke Mount Olive, kembali ke Mesjid Al-Aqsha dan Dome of the Rock! Aku sangat penasaran ingin membuktikan fenomena batu terbang yang sempat beredar di media massa beberapa waktu lalu.
Menumpang sebuah bis besar, rombongan berjumlah 25 orang itu bergerak meninggalkan hotel usai sarapan. Tujuan pertama kami adalah mengunjungi Mount Olive (Gunung Zaitun) untuk berziarah ke Makam salah satu sahabat Rasulullah Muhammad SAW,
Salman Al Farizi. Setiba di
Mount Olive, terlihat sudah banyak turis ataupun pesiarah yang tiba di sana. Bukan hanya umat muslim, tapi juga umat Kristen dan Yahudi. Usai berziarah ke Makam
Salman Al Farizi, kami menuju ke
view point dimana pengunjung bisa menyaksikan
Old City dari kejauhan termasuk sang primadona, Dome of the Rock. Bangunan bersejarah nan cantik itu berdiri dengan anggunnya di tengah-tengah jejeran bangunan lainnya.Â
Tujuan berikutnya adalah kembali ke Al-Aqsha. Kali ini kami akan melewati route yang berbeda dengan jalan yang kami lewati saat shalat subuh tadi. Kami akan masuk dari arah
Lion’s Gate di
Jericho Road di mana terdapat
Via Dolorosa yang berarti Jalan Kesengsaraan atau Jalan Penderitaan. Â Tempat yang juga dikenal dengan nama Jalan Salib ini sangat bersejarah bagi umat Kristiani karena di tempat inilah Yesus berjalan sambil memanggul salib menuju tempat terakhir di makam kudus. Jalannya menanjak khas perbukitan dan di sisi kanannya terdapat dinding kota lama Jerussalem.
Kami melewati Â
Lion’s Gate dengan pemeriksaan ketat tentara Israel yang memeriksa seluruh barang bawaan pengunjung.  Aku sempat disisihkan ke
special area untuk pemeriksaan lanjutan  karena di dalam
daypack yang aku bawa berisi
tablet. Jadilah aku harus di-
interview oleh tentara Israel meskipun tak terlalu lama. Aku hanya ditanya alasan membawa
tablet yang aku jawab bahwa aku mencatat seluruh detail perjalananku di
tablet itu. Sang tentara pun manggut-manggut dan membiarkanku lewat.
Setelah melewati jejeran lorong berisi penjual di dalam
bazaar, akhirnya kami tiba kembali di kompleks Al-Aqsha. Beberapa anak sekolah terlihat berbaris di depan pintu Masjid As-Shakhrah. Mereka terlihat mengantri untuk masuk ke dalam masjid, sementara kami para peziarah memasuki pintu berbeda. Setiba di dalam masjid, tampaklah ornamen-ornamen masjid yang sangat indah. Dinding dan tiang marmer berpadu dengan ornamen di bagian atap menjadikan masjid ini terasa sakral. Aku terus mencari benda yang selama ini membuatku penasaran, batu terbang.
Sebuah batu yang menjadi pijakan terakhir Rasulullah SAW di bumi sebelum terbang ke Sidratul Muntaha untuk bertemu langsung dengan Allah SWT untuk menerima perintah shalat 5 waktu. Sayang sekali saat itu di lokasi batu itu sedang direnovasi dan ditutupi kain jadi tak terlihat. Di sini aku jelaskan bahwa batu terbang itu hanyalah hoax atau rumor. Batu tempat berpijak Rasullullah Muhammad SAW itu tepat berada di bawah kubah emas. Menurut penjelasan pemandu kami, saat tidak direnovasi batu itu bisa terlihat dengan jelas karena hanya dibatasi kayu mahoni setinggi 1 meter.Â
Meskipun direnovasi, namun para pengunjung tak perlu kecewa karena masih tersedia sebuah tempat di mana pengunjung diberikan kesempatan untuk bisa memegang batu tersebut. Sebuah lubang dibuat agar pengunjung bisa memasukkan tangan untuk meraba dan menyentuhnya. Semua rombongan mencobanya termasuk aku dan mama. Ada rasa berbeda saat aku memasukkan tangan ke dalam lubang dan merasakan permukaan batu yang terasa sejuk seperti basah. Saat tangan aku keluarkan, tercium aroma wangi dari sela-sela jari. Subhanallah…Â
Usai shalat sunnah, kami menuju sebuah tangga yang akan membawa kami turun ke sebuah tempat berupa gua yang berada persis di bawah batu tempat berpijak tadi. Mungkin itulah menjadi penyebab batu itu dinamakan batu terbang atau melayang karena di bawah batu itu terdapat gua. Dikisahkan Rasulullah sempat melakukan shalat di tempat itu saat melakukan Isra’ Mi’raj.
Sajadah sekaligus karpet merah berada di lantai gua yang diterangi beberapa lampu berchaya kuning. Kami semua melakukan shalat sunnah meski harus bergantian karena ruangan yang gua yang sempit. Â Lagi-lagi terselip rasa haru dalam setiap gerakan shalat mengingat Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan kami Umat Islam pernah menunaikan shalat di tempat ini. Tetesan air bening kembali menetes membasahi sajadah yang terhampar di lantai goa.
Keluar dari As Shakhrah , kami kembali menyusuri beberapa situs sejarah sarat makna di tempat suci ini. Salah satunya adalah tempat yang berada di
Gate Maroko dengan pintu tertutup di mana terdapat sebuah pengait besi bulat tempat
bouraq, kendaraan kuda ‘bersayap’ yang digunakan Rasulullah Muhammad SAW ditambatkan saat Rasul sedang menunaikan shalat. Kami bergantian menuruni anak tangga lingkar yang ada di tempat itu untuk menyaksikan saksi sejarah penting bagi Umat Islam dunia.
Lihat Travel Story Selengkapnya