Mohon tunggu...
Rahmat Hadi
Rahmat Hadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@rahmathadi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Ahok Melarang Sahur On the Road?

18 Juni 2015   12:57 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:44 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahok beberapa waktu lalu di Jakarnaval 2015

Semalam aku menonton berita di salah satu stasiun TV swasta yang menginformasikan bahwa Ahok melarang acara Sahur on the Road (SOTR). Meskipun beritanya agak aneh karena setelah anchor-nya membacakan berita, tak ada berita yang muncul kecuali kedua host yang tampak bengong di layar kaca. Akhirnya salah satu host menyampaikan kalau, “akan kembali setelah pesan-pesan berikut”. Jadinya aku penasaran karena tidak bisa mendapatkan berita yang lengkap.

Pagi ini aku mencoba untuk mencari beritanya di beberapa media online ternyata berita itu benar. Menurut penjelasan ahok bahwa Sahur on the Road itu itu bagus, jadi tempat ngumpul, nyampah dan segala macam. Saat ini Ahok sedang menugaskan Sekda DKI Jakarta untuk mengkaji pelarangan SOTR di Ibukota (Gatra news, Kamis 18 Juni 2015). Di beberapa berita di media lainnya memberitakan bahwa wacana ini sudah digulirkan ahok sejak tahun lalu saat masih menjadi plt Gubernur DKI Jakarta.

Melarang SOTR dengan alasan bahwa aktifitas itu nyampah,identik dengan konvoi dan kebut-kebutan serta vandalisme menurutku terlalu berlebihan. Apakah hanya SOTR yang ‘nyampah’? Apakah hanya SOTR yang mengakibatkan vandalism dan kebut-kebutan? Aku yakin para pemimpin daerah (bukan hanya ahok) yang melarang SOTR ini telah mempelajari dan mengenal acara SOTR ini namun hanya disayangkan bahwa mereka lebih focus untuk melihat kelemahan dan impact negatifnya saja. Dengan dalih untuk menjaga kebersihan dan keamanan kota, yang tampak hanya sisi buruk dari aktifitas itu. Ironisnya hal itu di generalisasi namun menggunakan standard ganda. Beberapa acara atau ajang  lain yang menimbulkan ‘hasil’  sama bahkan lebih parah, tak di wacanakan untuk di larang. Konser musik, karnaval perayaan ulang tahun daerah dan instansi lainnya, pertandingan olah raga, dan sederetan event lainnya. Selepas acara, sampah berserakan dimana-mana. Sebuah contoh usai pelaksanaan ajang Jakarnaval 2015 beberapa minggu yang lalu Baca di Sini - Jakarnaval 2015. Hal lain yang bisa dijadikan contoh yakni saat usai Ramadhan, Lebaran. Sudah menjadi pemandangan umum selepas shalat Ied khususnya bagi yang melakukan shalat di lapangan, sampah-sampah berserakan dimana-mana. Apakah shalat Ied di lapangan atau di luar masjid suatu saat juga akan di larang karena ‘nyampah’?

Kalau alasannya bahwa SOTR itu nyampah, ya siapkanlah tempat sampah yang banyak agar orang-orang gampang buang sampah. Atau melakukan pendekatan mereka yang akan melakukan SOTR agar tetap mengikuti aturan. Sekali-sekali temuilah mereka di bulan Ramadhan, bukan hanya saat kampanye pilkada saja.

Kalau alasannya peserta SOTR itu konvoi dan mengganggu ketentraman umum, kita punya polisi bukan? Mintalah bantuan bapak-bapak polisi kita melakukan  razia rutin setiap hari di bulan Ramadhan khususnya pada saat sahur. Jika menjelang lebaran ada operasi ketupat, mungkin bisa bikin operasi lain selama Bulan Ramadhan. Sebut saja operasi ta’jil atau apalah… Pengguna jalan yang melakukan konvoi dan ugal-ugalan di jalan apalagi sampai melakukan hal-hal yang mengganggu ketertiban umum, ya di tindak! Mereka bisa di persilahkan menikmati makan sahurnya di balik terali besi. Simpel kan? Kita punya hukum yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan pelanggaran terhadap fasilitas umum bukan?

Aku beberapa kali melakukan sahur on the road  bersama rekan-rekan tapi tak pernah melakukan hal-hal seperti yang dikuatirkan itu. Aktifitas yang umumnya dilakukan di akhir pekan itu kami jadikan sebagai ajang silaturrahmi dan ajang berbagi dengan saudara-saudara lain yang masih berada di jalan di waktu sahur. Taregt kami adalah orang-orang yang masih ada di jalanan pada saat kami berbagi sahur. Biasanya beberapa petugas kebersihan, tukang loper koran dan mereka-mereka yang masih beraktifitas Kalau ditanya kenapa berbagi harus dilakukan di saat sahur bulan Ramadhan dan di jalanan, karena saat itu kami masih di jalan dan di sana juga banyak orang-orang yang membutuhkan. Bukan hanya mereka yang ada di panti-panti asuhan. Bukankah berbagi rejeki bisa dimana saja? Satu hal lagi, di sinilah ‘seni’ dan ‘indahnya’ bulan Ramadhan. Kami bisa saja berkumpul dan begadang hingga pagi di weekend-weekend lainnya, tapi rasanya beda. Mungkin karena di bulan Ramadhan suci itu, umat muslim merasakan bahwa setiap kebaikan dan amalan yang diperbuat dibulan penuh berkah itu lebih indah dibanding bulan-bulan lainnya. Selamat berpuasa Ramadhan bagi rekan-rekan yang menjalankannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun