Mohon tunggu...
Rahmat Hadi
Rahmat Hadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@rahmathadi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Selametan di Gunung Slamet

19 September 2014   18:12 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:13 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunung Slamet siaga! Begitu headline di beberapa media pemberitaan baik cetak maupun online. Yah, Gunung berketinggian 3428 mdpl dan merupakan gunung tertinggi di Jawa tengah dan nomer 2 tertinggi di Pulau Jawa itu sedang berstatus siaga. Beberapa letusan dan gemuruh pertanda adanya aktifitas di dalamnya membuat area itu untuk sementara tertutup bagi para pendaki serta masyarakat yang bermukim di sekitarnya.

Kali ini aku akan menceritakan pengalaman saat aku merayakan ulang tahun di bulan November tahun lalu di puncaknya ditemani 3 orang rekan dari group Jalan Kaki di Facebook (JKers).

Ulang Tahun di Gunung Slamet ,itu yang ada di pikiranku beberapa bulan sebelumnya dan segera aku buat perencanaan dan mencoba mengajak beberapa rekan di group Jalan Kaki di Facebook. Akhirnya Zadin, Gery dan Ali yang bersedia menemaniku. Aku akan menyetir dari Jakarta hingga ke desa Guci, kaki gunung slamet di Tegal.

Selepas shalat Jumat, kami berangkat dari Cawang yang aku tetapkan sebagai meeting point. Sengaja kami memilih berangkat lebih awal karena kemacetan pasti akan menyambut kami di jalur pantura, jalur yang akan kami lewati.

Singkat cerita, jam menunjukkan pukul 11 malam saat kami tiba di terminal Guci setelah menyetir selama 10 jam dari Jakarta. Kami di sambut beberapa penduduk local yang ada di sekitar terminal dan seseorang diantaranya menawarkan kami untuk beristirahat di basecamp KOMPAK (Komunitas Pencinta Alam Pekandangan) Gunung Slamet.  Kebetulan sekali karena selain kami sudah lelah, kami juga berencana untuk mencari teman yang akan bertindak sebagai petunjuk jalan atau guide karena kami semua belum pernah naik ke Gunung Slamet. Sesaat setelah kami meletakkan semua barang di dalam basecamp, kami segera melakukan negoisasi untuk jasa guide yang akan mengantar kami. Setelah sepakat, akhirnya Nawier  yang akan mengantar kami. Segera kami beristirahat dan berjanji untuk bertemu kembali keesokan harinya . Tak ada orang lain di basecamp selain kami berempat karena basecamp itu memang sengaja di siapkan oleh rekan-rekan  KOMPAK untuk para pendaki beristirahat.

1411097145800541306
1411097145800541306

Keeseokan harinya kami bertemu kembali dengan Nawier dan akan berkeliling desa Guci terlebih dahulu sebelum memulai pendakian. Desa Guci  yang terletak di ketinggian 1050 mdpl ini sangat unik. Desa ini memiliki banyak air terjun serta permandian air panas, baik yang sudah dikelola dalam bentuk kolam-kolam maupun air panas yang masih berbentuk air terjun dan sungai. Pagi ini kami belum akan merasakan kenikmatan berendam di air panas namun hanya sekedar melihat-lihat pemandangan saja. Tapi pulangnyaa…. Ahaaaaa..bisa di bayangkan betapa nikmatnya saat pegal-pegal karena kelelahan langsung di sambut nyebur dan berendam di kolam air panas..ahh udahlah..nanjak aja dulu…

141109819252685006
141109819252685006

Setelah sarapan dan membeli perbekalan di pasar, kami segera kembali ke basecamp untuk re-packing dan bersiap-siap melakukan pendakian.  Seperti biasa, doa bersama selalu mengawali pendakian kami sebelum memulai langkah pertama. Beberapa saat berselang, kami sudah melewati  hutan pinus yang menyambut perjalanan kami. Medan tanjakan yang tidak terlalu terjal namun panjang cukup membuat kami kelelahan dan harus berhenti beberapa kali untuk beristirahat hingga tiba di Pos 1 yang di beri nama Pos Pinus.

1411098581901392836
1411098581901392836

Setelah beristirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan. Jika  diawal perjalanan kami melewati vegetasi yang di dominasi pinus, maka sekarang sudah mulai bervariasi. Beberapa vegetasi lain semisal Sarangan dan Puspa sudah mulai kami temui.Perjalanan yang mulai terjal dan kondisi jalanan yang becek akibat hujan juga turut memperlambat dan mempersulit langkah kami. Tepat jam 12 siang, kami berhenti di pos 2 untuk makan siang dengan nasi bungkus yang sudah kami beli di Pasar. Seperti biasa, Gery membuka kompor untuk memasak air buat ngopi. Hujan sempat turun di pos ini dan membuat kami segera membenahi peralatan.

1411098925809697276
1411098925809697276

Selepas pos 2, tanjakan terjal tanpa bonus menyambut kami. Tak jarang kami harus berpegangan di akar-akar pohon untuk bisa melangkah. Kondisi tanah yang licin juga semakin membuat kami kesulitan. Setelah bersusah payah menembus vegetasi hutan, akhirnya kami tiba di Pos 3 yang diberi nama Pos Kematus. Kembali kami beristirahat untuk mengatur nafas dan melepaskan lelah yang menerpa. Hari sudah mulai sore dan masih tersisa 1 pos lagi yakni pos 4 sebelum kami tiba di pos terakhir yang merupakan batas vegetasi dimana kami akan mendirikan tenda.

1411099011905369981
1411099011905369981

Selepas Pos 4 yang diberi nama Pos Kematus, medan semakin ‘menyiksa’.  Terjal dan licin serta suasana hutan tertutup vegetasi yang membuat kami merasa bosan setelah berjalan selama 6 jam. Bahkan di beberapa titik kami harus ‘merangkak’ di bawah rimbunan vegetasi yang membentuk jalan yang mirip lorong kecil.

1411099281700943033
1411099281700943033

Akhirnya kami tiba di pos 5 yang merupakan batas akhir vegetasi yang akan menjadi camp kami untuk mendirikan tenda. Jam menunjukkan pukul 5 sore. Kami segera mendirikan tenda sementara Nawier dan Ali mengambil air yang letaknya cukup jauh.  Suasana di pos ini tak begitu ramai, hanya ada sekumpulan pendaki yang juga sedang nge-camp di tempat ini.

141109936422724900
141109936422724900

Malam hari kami lewatkan dengan memasak untuk makan malam. Gery yang memang hobby memasak bahkan sempat membuat bakwan dan nasi goreng. Menjelang pukul 9 malam, kami segera beristirahat karena harus bangun jam 2 untuk muncak.

14110994271962271104
14110994271962271104

Kami di bangunkan oleh suara alarm saat waktu menunjukkan pukul 2 pagi. Terlebih dahulu kami menyalakan kompor untuk membuat kopi dan sarapan sebelum muncak. Setelah semuanya selesai, kami ber 4 segera melangkah menuju puncak dengan bermodalkan headlamp yang kami bawa. Suasana gelap membuat kami hanya bisa melangkah perlahan dan tak tahu kondisi medan yang sedang kami jalani saat itu. Dari sinaran cahaya headlamp, kami dapat mengetahui bahwa medan yang kami jalani ini adalah pasir dengan batu-batu besar yang merupakan bekas aliran lava.

1411099508833483205
1411099508833483205

Cukup berat melangkah di pasir lepas yang terkadang turun saat kami injak. Menggunakan trekking pole sepertinya adalah sebuah keharusan saat mencoba muncak di gunung slamet ini. Trek pasirnya sungguh melelahkan. Mirip kondisi medan saat akan muncak di Rinjani namun di Gunung Slamet ini lebih terjal., bahkan aku yang berjalan paling terakhir beberapa kali harus menghindar dari batu yang jatuh dari atas akibat terinjak oleh rekan-rekan lainnya.

14110995761696550684
14110995761696550684

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi dan langit sudah mulai terang. Aku lihat Gery, Ali dan Zadin yang berada di depanku berhenti untuk melakukan shalat subuh. Aku pun berhenti dan bertayammum dan melakukan shalat sambil duduk. Medan yang terjal dan berpasir lepas tak memungkinkan bagi kami untuk shalat sambil berdiri. Selepas shalat, perjalanan kembali kami lanjutkan menuju puncak.

14110996251804646939
14110996251804646939

Setelah berjuang keras, akhirnya kami tiba di bibir kawah. Hari itu adalah hari ulang tahunku dan  teman-teman mulai menyiapkan ‘perlengkapan’ selametan. Taka da kue tart, lilin atau tumpeng. Yang ada hanya sebuah cup cake. Sebagai pengganti lilin, dinyalakan sebatang rokok lalu di tancapkan di atas kue. Sambil menyanyikan selamat ulang tahun dan ‘make a wish’ lilin rokok itu pun aku tiup sebagai prosesi selametan ulang tahun di puncak gunung slamet. Selanjutnya seperti biasa aku melakukan victory run sambil membawa bendera merah putih kebanggaanku.

Asap kawah yang cukup tebal dan bau belerang yang menyengat membuat kami tak bisa berlama-lama di atas puncak gunung slamet. Kami segera turun untuk kembali ke tenda. Karena hari sudah terang kami baru sadar bahwa ternyata medan yang kami daki beberapa saat tadi ternyata sangat terjal dan berbahaya.

1411099729969841406
1411099729969841406

Setiba di tenda, kami segera menyiapkan sarapan dan segera berkemas. Awan hitam yang menggantung di langit pertanda buruk buat kami yakni hujan. Segera kami bergegas turun dan benar saja, kami baru saja berjalan turun saat hujan mengguyur. Untuk saja hujannya turun saat kami juga sudah turun. Beberapa anak sekolah yang sedang melakukan pendakian kami temui sepanjang jalan turun.

Jam menunjukkan pukul  2 hari minggu siang saat kami tiba kembali di Basecamp Kompak. Segera kami beristirahat sejenak dan bergegas mencari tempat makan di warung samping terminal yang sudah sangat ramai dengan pengunjung yang berwisata ke pemandian air panas.

14110997881671668202
14110997881671668202

Kami juga ikut bergabung dengan pengunjung lain untuk menikmati panasnya air di pemandian alam Guci. Semua kelelahan dan rasa pegal yang kami rasakan seakan hilang saat kami membenamkan diri di dalam sebuah kolam berisikan air panas. Ahh..nikmatnya hidup ini kawan. Sebenarnya kami masih ingin berlama-lama berendam namun hari sudah menjelang maghrib. Kami harus segera kembali ke basecamp untuk bersiap-siap kembali ke Jakarta.

Walau masih merasakan kelelahan, namun aku merasa senang telah merayakan ulang tahun di gunung tertinggi di Jawa Tengah itu. Selepas shalat maghrib, kami meninggalkan guci menuju Jakarta dan kali ini kami memilih jalur selatan.  Aku tiba kembali di rumah jam 4 pagi setelah menyetir selama 9 jam dan beristirahat sejenak  untuk bangun kembali dan bersiap-siap ke kantor.

14110999091342964044
14110999091342964044

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun