Mohon tunggu...
Rahmat Hadi
Rahmat Hadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@rahmathadi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Murah Keliling Yangon, Myanmar

20 Oktober 2014   05:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:26 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_329976" align="aligncenter" width="640" caption="(Rahmat Hadi) Kereta Api Keliling Yangon"][/caption]

Hari ini aku kembali berkeliling Kota Yangon dengan cara berbeda, naik kereta api. Dengan membeli tiket seharga 1000 kyats (USD 1) maka aku bisa menikmati pemandangan di area pinggiran kota Yangon yang aku tempuh selama 3 jam perjalanan. Jarak yang ditempuh sejauh hampir 50 km dengan melewati 39 stasiun besar dan kecil menyajikan pemandangan Yangon dan Myanmar ‘apa adanya’. Melewati pinggiran kota memberikan kesempatan bagi penumpang kereta untuk menikmati pemandangan unik sepanjang jalan.

[caption id="attachment_329977" align="aligncenter" width="640" caption="(Rahmat Hadi) Counter Ticket KA"]

1413733353543950769
1413733353543950769
[/caption]

Dengan menumpang kereta jam 12.25, aku mulai perjalanan dari Yangon Central Railway Station di platform 4. Kondisi kereta cukup bagus dan bersih. Penumpang duduk menyamping mirip commuter line atau pun bus transjakarta, juga tersedia pegangan andai penumpang membludak dan harus berdiri. Kereta yang dilengkapi dengan kipas angin walaupun di counter tiket tertera “with Air Con”, dengan pintu yang terbuka –tutup secara otomatis. Lumayan menyenangkan menyaksikan tingkah pola penduduk asli Myanmar yang menjadi penumpang kereta siang ini. Khusus untuk penumpang lokal, mereka cukup membayar 300 kyats untuk menumpang kereta yang beroperasi mulai dari jam 3 pagi hingga jam 10 malam ini.

[caption id="attachment_329978" align="aligncenter" width="640" caption="(Rahmat Hadi)Penumpang KA"]

1413733460535875655
1413733460535875655
[/caption]

Setelah Yangon Central, berikutnya adalah stasiun Dagon University, Danyingon hingga stasiun Mingaladon. Masih banyak stasiun-stasiun lain yang tak aku kenal namanya karena menggunakan bahasa lokal. Demikian juga dengan peta route kereta yang tertera di salah satu dinding kereta tak bisa memberikanku informasi apa-apa karena ditulis dalam tulisan huruf Myanmar tanpa di lengkapi dengan nama dalam huruf latin.

[caption id="attachment_329983" align="aligncenter" width="640" caption="(Rahmat Hadi) Route KA"]

14137337841298841797
14137337841298841797
[/caption]

[caption id="attachment_329979" align="aligncenter" width="640" caption="(Rahmat Hadi) Pasar di salah satu Stasiun"]

141373355231711836
141373355231711836
[/caption]

Pemandangan di sepanjang perjalanan cukup menyenangkan. Jangan berharap akan melihat kondisi perkotaan khususnya setelah melewati Danyingon dan Hlawga. Yang akan terlihat adalah pemandangan pinggiran rel kereta yang ‘cukup’ memprihatinkan. Pasar-pasar tradisional, tumpukan sampah yang berserakan, hamparan sawah, kehidupan perkampungan khas pinggiran yang tersaji cukup memberikan warna baru dalam perjalananku mengenal Yangon kali ini.

[caption id="attachment_329980" align="aligncenter" width="640" caption="(Rahmat Hadi) Penumpang KA"]

1413733645976881259
1413733645976881259
[/caption]

Yang tak kalah menariknya adalah penumpangnya. Laki-laki yang menggunakan Longyi (sarung) dan wanita dan anak-anak yang memakai Thanaka (bedak) hilir mudik naik turun bergantian. Tentu saja aku tak melewatkan ‘pemandangan’ yang menarik itu untuk diabadikan di lensa kamera yang beberapa diantaranya bisa di lihat di artikel ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun