Mohon tunggu...
RAHMAT GUNAWIJAYA
RAHMAT GUNAWIJAYA Mohon Tunggu... Administrasi - PENULIS Sejarah

Penulis sejarah yang pernah kerja di perbankan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Membangunkan Sahur dengan Tembakan Meriam

5 Juni 2018   04:55 Diperbarui: 5 Juni 2018   05:20 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pontianak post

Salah satu keunikan di Bulan Ramadhan adalah bangun pada dini hari sekitar jam setengah 3 sampai jam 4 pagi untuk melaksanakan ibadah makan sahur. Aktivitas yang menyenangkan sebenarnya, akan tetapi bagi yang tak terbiasa bangun tidur di waktu-waktu tersebut akan terasa menyebalkan bahkan kemalasan.

Padahal terdapat keberkahan dan keutamaan dari melaksanakan makan sahur. Sahur hukumnya sunat, yang merupakan rutinitas ketika menjalankan ibadah puasa, baik itu puasa sunat ataupun puasa wajib di bulan suci Ramadan.

Sabda Nabi bahwa: "Sahur itu barakah maka jangan tinggalkan meski hanya dengan seteguk air. Dan termasuk sunnah ketika sahur adalah untuk mengakhirkannya" Sabda Nabi Muhammad SAW, dari Abi Said al-Khudri RA.

Dalam hadists tersebut menganjurkan kita untuk jangan meninggalkan sahur walau hanya dengan seteguk air dan mengakhirkan waktu makan sahur. Adapun batas waktu bersahur yang disebut imsak yaitu 10 menit sebelum adzan shubuh. Sahur sangat bermanfaat bagi kesehatan karena menambah daya tahan metabolisme tubuh selama menjalankan ibadah puasa dan melatih kesabaran.

Di tempat tinggal saya, Kota Pontianak ada banyak cara membangunkan orang sahur mulai dari memukul-mukul tiang listrik sambil berteriak sahur-sahur oleh beberapa kelompok pemuda sampai menembakkan meriam bertubi-tubi dari sebrang sungai kearah langit. 

Dentuman meriam karbit di Pontianak cukup keras karena bisa membuat dinding kaca rumah --rumah yang ada di sekitar sungai bergetar bahkan suara dentuman meriam bisa terdengar sampai radius 3 kilometer dari posisi meriam berada.

Meriam karbit memang salah satu ciri khas Kota Pontianak yang budayanya berasal dari Kisah pendiri Kesultanan Kadriyah  Syarif Abdurahman Al Kadrie yang diganggu oleh hantu-hantu kuntilanak sewaktu hendak membuka lahan hutan di daerah pertigaaan sungai kapuas dan sungai landak pada tahun 1771 masehi, untuk mengusir hantu-hantu tersebut maka Syarif Abdurahman Al Kadrie memerintahkan rombongannya untuk mengusir hantu-hantu kuntilanak dengan tembakan meriam dari kapalnya. Alhasil, gangguan dari mahluk halus tersebut pun hilang. 

Sebagai tanda syukur Sultan, beliau kemudian mendirikan Masjid Jami dan Kesultanan di tempat dia menembakkan meriam. Dari situlah awal mula terbentuknya kota Pontianak.

Sejak saat itu budaya meriam ada di daerah pinggiran sungai kapuas sampai sekarang, biasanya ada di daerah sekitar banjar serasan, parit mayor, kampong saigon, kampong kamboja dan kampong bansir. 

Meriam yang dibuat adalah meriam karbit. Pada umumnya, meriam karbit biasanya terbuat dari bambu yang berukuran besar yang mana di beri rongga di setiap buku-bukunya. Kemudian bambu tersebut diisi dengan air secukupnya sebagai media pelarutan karbit atau senyawa Kalsium Kabrida.

Batu Karbit itulah yang kemudian akan menyubim menjadi gas dapat meledak jika disulut dengan api. Semakin besar ukuran bambu dan banyaknya karbit yang ditambahkan, maka meriam akan menghasilkan suara ledakan yang lebih besar. Pembuatan Meriam raksasa ini terbilang susah dan memerlukan biaya dan usaha yang tidak sedikit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun