Sahur adalah aktifitas makan dan minum sesuatu yang bisa dilakukan di malam hari  sampai batas waktu masuk Imsak.  Makan sahur sendiri biasanya dilakukan oleh setiap umat muslim baik pria maupun wanita yg sudah dewasa yang akan melakukan puasa di keesokan harinya sehingga perlu pasokan makanan maupun minuman untuk menambah daya tahan tubuh dalam menjalani berpuasa selama hampir 12 Jam.
Bangun tidur saat dini hari untuk santap sahur mungkin adalah kegiatan rutinitas biasa bagi beberapa muslim terutama bagi yang masih jomblo. Akan tetapi bagi yang sudah bekeluarga tentu merupakan aktivitas yang seru bahkan sangat mengesankan.
Bagi saya yang berasal dari keluarga kecil yang tinggal dirumah yang lumayan besar, banyak kisah tentang sahur yang bisa diceritakan. Saya terdiri dari dua bersaudara saya dan seorang kakak perempuan, Ayah saya bekerja sebagai trainer di badan diklat pemerintah sedangkan ibu saya bekerja disebuah perusahaan BUMN di bidang telekomunikasi. Â
Di saat bulan puasa tentu kedua orang tua lumayan disibukkan ditengah aktivitas pekerjaan yang pergi pagi pulang sore sambil menjalankan ibadah puasa. Saat itu saya dan kakak saya sudah beranjak menjadi remaja, saya duduk di kelas 3 SMA dan Kakak kuliah diperguruan tinggi negeri. Kebetulan kakak saya adalah seorang aktivis yang banyak mengikuti kegiatan organisasi kampus sehingga aktifitasnya juga lumayan padat.
Saat sahur biasanya yang sibuk adalah Ayah saya karena beliau yang suka tidur larut malam dan begadang dini hari biasanya sambil menonton tv atau mengerjakan pekerjaan kantor. Sedangkan Ibu saya lebih dominan pada persiapan berbuka puasa. Biasanya beliau berbelanja laup pauk untuk stok 2 s/d 3 hari.Â
Pulang kantor dibulan puasa sekitar jam setengah 5, dan masak menu yang praktis biasanya bersifat goring,tumis atau sop yang bisa dimasak kilat. Setelah Ibadah Tarawih dan makan malam biasanya ibu langsung tidur mungkin karena letih bekerja seharian. Jadi saat sahur ayah saya yang berjaga menyiapkan sahur dengan memanaskan lauk yang sudah dimasak Ibu dan membangunkan kami sekeluarga.
Dan yang sering terjadi biasanya beliau juga bangun agak telat bahkan pernah 30 menit menjelang imsak biasanya jam 04.10 WIB dan beliau baru bangun jam 3.30 tentu bisa panik bila yang lain belum juga bangun tidur.  Terlebih jika Ibu tak sempat masak di sore harinya jadilah menu andalan beliau disaat sahur yakni indomie telur rebus plus sayur atau nasi  telur dadar karena dua masakan itu yang paling cepat dibuat untuk disantap saat dini hari.  Dan jika anggota keluarga yang lain masih belum bangun atau susah bangun , maka akan keluarlah omelan dan gerutu ayah agar segera makan sahur.
Apalagi saat itu tahun 2003 teknologi informasi belum berkembang pesat, andalan informasi masih pada siaran radio, televisi, hp masih merupakan barang mewah yang ada baru tipe monokrom yang Cuma bisa SMS dan menelpon. Jadi informasi waktu imsak dan berbuka dengan segera adalah mendengar siaran radio atau televisi. Dan gawatnya jiwa terjadi pemadaman lampu baik disaat menjelang buka atau saat sahur tentu juga akan terasa tidak nyaman karena hanya berbekal jadwal shalat dan berbuka yang dibagikan beberapa instansi lembaga serta azan dari masjid yang masih agak jauh lokasinya dirumah.
Yang pasti kesan akan kesibukan ayah di saat sahur tidak akan didapat lagi karena beliau sudah tiada pada 12 Desember 2013 lalu. Tetapi kenangan bersama ayah dan keluarga tetap takkan terlupa, semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah, dan kami anak-anaknya bisa menjadi manusia yang selalu beriman dan bertakwa berbakti bagi bangsa dan negara serta bermanfaat bagi umat manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H