Mohon tunggu...
Rahmat Fauzan
Rahmat Fauzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Membangun Kolaborasi Multipihak yang Berkelanjutan: Praktik Organisasi Batas dalam Transformasi Bisnis di Indonesia

22 November 2023   23:53 Diperbarui: 27 November 2023   10:02 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Mohamed Hassan dari Pixabay 

Membangun Kolaborasi Multipihak yang Berkelanjutan: Praktik Organisasi Batas dalam Transformasi Bisnis di Indonesia

Di era globalisasi dan transformasi digital yang terus berlangsung, integrasi perusahaan (EI) menjadi kunci bagi organisasi yang ingin bertahan dan berkembang. Artikel yang berada pada jurnal"Information Systems Research" berjudul "Boundary Organization Practices for Collaboration in Enterprise Integration" yang ditulis oleh Adrian Yeow, Siew Kien Sia, Christina Soh, dan Cecil Chua pada tahun 2018, memberikan wawasan mendalam tentang konsep organisasi batas dan praktiknya dalam memfasilitasi kolaborasi dalam proyek integrasi perusahaan. Dalam konteks Indonesia yang dinamis dan berkembang pesat, pemahaman terhadap praktik-praktik ini dapat menjadi kunci keberhasilan implementasi EI di berbagai sektor.

Membangun Jembatan untuk Kolaborasi: Konsep Organisasi Batas

Dalam pembukaan artikel ini, para penulis menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh proyek EI, terutama dalam transformasi organisasi yang memerlukan kolaborasi multipihak yang efektif. Konsep organisasi batas menjadi fokus utama, sebagai ruang formal yang memungkinkan berbagai pemangku kepentingan dengan kepentingan yang berbeda untuk bekerja bersama. Ini sejalan dengan realitas yang dihadapi banyak perusahaan di Indonesia, di mana keberagaman budaya dan kepentingan bisnis dapat menjadi faktor utama yang membutuhkan penanganan khusus.

Penekanan pada praktik organisasi batas sebagai alat untuk mengelola ketegangan dan konflik mencerminkan kenyataan di Indonesia, di mana kerjasama antar departemen, bisnis, dan pihak ketiga seringkali menjadi kunci kesuksesan. Dalam konteks lokal, di mana nilai-nilai kekeluargaan seringkali merasuk ke dalam lingkungan bisnis, praktik-praktik ini dapat menjadi jalan untuk membangun jembatan antara berbagai kelompok dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Praktik Organisasi Batas: Landasan Kolaborasi

Dalam menguraikan kontribusinya, artikel ini memberikan landasan konseptual yang kokoh mengenai praktik organisasi batas. Konsep ini tidak hanya sebatas struktural, tetapi lebih dalam pada praktik-praktik yang diterapkan untuk menentukan aturan kerja dan pengaturan bagi beragam pemangku kepentingan. Pengorganisasian untuk bernegosiasi, menahan, dan mempertahankan muncul sebagai set praktik yang konsisten di setiap fase implementasi EI.

Memetakan temuan ini ke konteks Indonesia, di mana negosiasi seringkali diwarnai oleh budaya musyawarah, pengorganisasian untuk bernegosiasi mungkin menjadi alat yang sangat efektif dalam mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Di sisi lain, kebutuhan untuk menahan dan mempertahankan sejalan dengan kenyataan bahwa implementasi perubahan seringkali dihadapi dengan resistensi. Menanggapi resistensi ini, praktik organisasi batas menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan dan mengatasi ketegangan.

Artefak: Perekat Kolaborasi

Pentingnya artefak, seperti perjanjian yang dinegosiasikan dan pengaturan kerja kolaboratif, menjadi poin menarik dalam konteks Indonesia. Negara ini, dengan keberagaman etnis, budaya, dan bahasa, memerlukan alat yang tangguh untuk menjembatani kesenjangan dan memotivasi kolaborasi. Artefak dalam bentuk perjanjian dan kerangka kerja kerja kolaboratif dapat menjadi perekat yang memastikan pemahaman bersama dan mengatasi hambatan komunikasi yang mungkin muncul.

Dalam bisnis di Indonesia, di mana adat dan budaya masih memiliki peran yang signifikan, artefak juga dapat berfungsi sebagai simbol nilai-nilai organisasi. Penggunaan artefak ini tidak hanya sebagai alat administratif tetapi juga sebagai ekspresi dari identitas perusahaan, yang dapat memperkuat rasa kepemilikan dan komitmen para pemangku kepentingan terhadap proyek EI.

Implikasi Praktis untuk Manajer Proyek di Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun