Mohon tunggu...
Rahmat Fajar Prakoso
Rahmat Fajar Prakoso Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah seorang guru sekolah dasar.

Saya memiliki hobi olahraga dan makan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi antar Materi - Nilai dan Peran Guru Penggerak

24 April 2024   14:48 Diperbarui: 24 April 2024   14:57 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Program Guru Penggerak angkatan 10 dimulai tanggal 18 Maret 2024. Satu bulan lebih saya mengikuti, banyak ilmu yang bisa saya ambil dalam program ini. Di akhir modul 1.2 ini saya akan mengaitkan materi modul 1.1 Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dengan materi modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak. Keterkaitan materi akan dijabarkan dengan model refleksi 4P. Model refleksi 4P terdiri 4 kata kunci di dalamnya yakni, peristiwa, perasaan, pembelajaran, dan penerapan ke depan. Berikut ini pemaparan tentang keterkaitan materi modul 1.1 dan 1.2 menggunakan model refleksi 4P.

Momen yang paling penting atau menantang atau mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 adalah perumpamaan guru sebagai petani dan murid sebagai benih jagung yang ditanam. Pernyataan tersebut seperti membuka pemikiran saya bahwa bagus tidaknya tanaman jagung tergantung dari cara perawatan petani. Korelasinya dengan pendidikan, bermutu tidaknya sumber daya manusia yang dihasilkan sekolah bergantung pada cara guru mengajar. Bagi saya hal tersebut menjadi beban dan sekaligus menjadi tantangan. 

Beban yang dimaksud adalah berkaitan dengan tanggung jawab sebagai seorang guru yang menjadi ujung tombak pendidikan di Indonesia. Tentunya beban tersebut tidak bisa ditanggung sendiri oleh guru. Guru perlu mendapat dukungan dari semua pihak mulai dari pemerintah, masyarakat, kepala sekolah, dan orang tua murid. Tantangan yang dihadapi tentu saja banyak, namun adanya tantangan tersebut bisa membuat guru lebih termotivasi untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul. Oleh sebab itu, seorang guru harus dibekali nilai-nilai sebagai pemimpin untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang muncul di sekolah. Pada modul 1.2 dibahas bahwa seorang guru merupakan seorang pemimpin, minimal sebagai pemimpin pembelajaran di kelas. 

 guru harus memiliki nilai-nilai pemimpin yang pada bahasan ini merupakan nilai guru penggerak. Nilai-nilai guru penggerak yang dibahas antara lain, berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif, dan inovatif. Kelima nilai tersebut harus tercermin dalam diri seorang guru baik perkataan maupun perbuatan. Dari kedua materi modul 1.1 dan 1.2 tersebut yang dapat saya pahami adalah adanya filosofi pemikiran KHD memberikan guru pandangan yang holistik mengenai pendidikan dan pengajaran, begitu juga dengan tugas dan fungsi guru yang luhur. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi guru yang luhur tadi pasti muncul adanya permasalahan baik di dalam maupun luar kelas. Bekal untuk mengatasi segala permasalahan yang muncul adalah dengan mempelajari dan menghayati modul 1.2 tentang nilai-nilai guru penggerak.

Pada saat pembelajaran modul 1.1 saya merasa bahwa pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan merupakan pemikiran yang holistik. Pandangan beliau sangatlah menyeluruh dan tak lekang oleh zaman, buktinya sampai saat ini pemikiran KHD masih relevan. Setelah memahami benar-benar di modul 1.1, lalu saya melakukan refleksi selama ini pembelajaran di kelas saya belum seluruhnya sesuai dengan filosofi KDH. Sebelum masuk modul 1.2 saya masih merasa bahwa filosofi KHD idealnya dilaksanakan secara menyeluruh dari perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. 

Saat mempelajari modul 1.2 pemikiran saya berubah lagi, nilai-nilai guru penggerak yang sifatnya ideal tidak bisa diterapkan pada beberapa masalah tertentu. Misalnya permasalahan yang berkaitan dengan kebijakan dan dana. Jika guru dihadapkan dengan kedua masalah tersebut, maka guru juga pasti sulit untuk menerapkan nilai kolaboratif dan inovatif. Pemikiran tersebut beberapa hari mengganjal di kepala saya, namun saya mendapat titik terang saat kegiatan elaborasi pemahaman yang dipandu oleh instruktur Bapak Nunuk Riza Puji. Menurut beliau, kita tetap bisa menerapkan nilai-nilai guru penggerak di setiap kegiatan kita sebagai pemimpin. Penerapan nilai tidak serta merta diterapkan secara langsung dan kaku tetapi disesuaikan dengan kondisi yang ada. Dari situ saya sadar bahwa sebagai pemimpin kita tidak bisa memaksakan nilai di suatu lingkungan, selalu ada titik temu dalam kita menerapkan nilai. Itulah yang disebut sebagai seni dalam memimpin.

Sebelum kegiatan pembelajaran modul 1.1 dan 1.2 saya berpikir bahwa filosofi pemikiran KHD sangat jauh dengan keseharian saya dalam mengajar, apalagi jika dihadapkan dengan nilai-nilai guru penggerak. Rasa pesimis dan minder awalnya muncul dalam diri saya. Namun setelah menjalani pembelajaran baik syncronus maupun asyncronus, rasa percaya diri mulai menebal. Terutama saat kegiatan syncronus, kami dalam kelompok berdiskusi dan menyamakan persepsi. Ternyata dari hasil kegiatan tersebut dapat saya simpulkan bahwa dalam kelompok memikirkan hal yang sama dengan saya. Dari diskusi tersebut kami saling menguatkan, dan ditambah penguatan dari fasilitator juga tidak lupa oleh instruktur. Pelajaran yang sangat mengena saat kegiatan elaborasi pemahaman, menurut Bapak Nunuk Riza Puji seorang pemimpin perubahan tidak boleh menghabiskan waktu dan energi untuk kelompok skeptis terhadap perubahan. Cukup lakukan perubahan dalam diri sendiri, lalu ajak teman yang mau berubah dan tahu maksud serta tujuan kita dalam perubahan. Sesimpel itu beliau memaknai peran sebagai pemimpin perubahan, yang sebelumnya di dalam pikiran saya harus memiliki banyak keterampilan sebelum bisa mengubah orang lain.

Sumber: dokumen pribadi
Sumber: dokumen pribadi

Rencana ke depan untuk menerapkan pembelajaran pada modul 1.1 dan 1.2 secara sederhana, konkret dan rutin adalah dengan melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Saya sadar bahwa nilai-nilai guru penggerak tidak semuanya ada dalam diri saya, masih perlu adanya pengembangan. Keberpihakan kepada murid adalah sebuah "koentji" bagi guru untuk bisa menumbuhkan nilai-nilai yang lain. Saat ini murid di kelas saya sedang memiliki kegemaran bermain kartu bergambar, dari situ saya akan menganalisis materi yang bisa dikaitkan dengan permainan kartu gambar. Kegiatan tersebut sesuai dengan pemikiran KHD yang menyatakan bahwa kodrat seorang anak adalah menyukai permainan, ditambah lagi saya memulainya dengan kecenderungan permainan yang sedang disukai murid saya. Itu menunjukkan keberpihakan saya terhadap murid. Lalu kegiatan pembelajaran akan saya rancang dalam kelompok agar, murid saya bisa berkolaborasi dengan temannya. Tidak lupa di akhir kegiatan nanti saya melakukan refleksi agar kegiatan yang sudah berlangsung tidak berlalu begitu saja. Selalu ada kekurangan dan kelebihan di saat melakukan kegiatan, maka dari itu refleksi harus dilakukan untuk pembenahan kegiatan pembelajaran akan datang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun