Mohon tunggu...
Rahmat Buldani
Rahmat Buldani Mohon Tunggu... -

Pria kelahiran Bogor 1986 ini hanya orang biasa, tapi punya harapan yang sangat luar biasa. Punya hobi membaca dan menulis (walau tulisannya sangat jelek tapi tetap semangat). Yang pasti suka mencari, mendengar, melihat dan mempelajari banyak hal dari orang lain untuk dijadikan sebuah pelajaran... untuk tulisan-tulisan lainnya bisa dibaca, dicoment, dilihat, atau cuma diejek silakan lihat di: www.asrah86.multiply.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Energi Itu Menarik Jiwaku (Cerita Haji)

27 Januari 2010   09:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:14 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sama seperti halnya perjalanan lainnya yang suntuk dan ingin cepat-cepat sampai, begitupun dalam perjalanan ini, aku seperti terombang ambing oleh perjalanan jauh yang melelahkan. sesudah daftar di maktab dan penyerahan berkas-berkas lainya aku langsung menuju penginapan yang kusewa di dekat masjid alharam di tanah haram Makkah al-mukarromah.

Tanah haram, begitulah orang-orang menyebutnya. Mengapa disebut tanah haram? ada beberapa pendapat ulama mengenai arti dari kosa kata ini, yang pertama disebut tanah haram karena di dalam tanah itu berlaku berbagai ketentuan yang mengharamkan kita melakukan berbagai hal, seperti berburu, mengangkat senjata, mematahkan tumbuhan dan seterusnya, sebagaimana dawuhnya Nabi ketika haji wada’ yang artinya” "sesungguhnya darah, harta, serta martabat kalian, haram hukumnya, sebagaimana hari ini, bulan ini dan juga tempat (Makkah)”. Yang kedua disebut tanah haram karena tempat ini telah dimulyakan dan disucikan oleh Allah dari orang-orang kafir. sebetulnya tidak ada perbedaan mencolok dari kedua arti tersebut, yang intinya bahwa tanah haram itu (sebut saja Makkah) telah disucikan oleh Allah.

Setelah sampai di penginapan tepatnya pukul 02.00 dini hari aku tidak menyia-nyiakan waktu yang hampir beranjak shubuh. Setelah mandi dan berwudhu aku langsung menuju masjid alharam. Sambil terus melafalkan talbiyah kususuri terus jalan yang menuju tempat pusatnya kiblat umat islam itu, sesampainya di dalam masjid aku tak kuasa menahan air mata. Melayang jiwa ini memandangi ka'bah yang begitu agung, Pusaran energi yang begitu kuat membawaku ke alam bawah sadar, namun kejadian itu hanya sebentar. Wajar banyak orang yang menangis ketika thawaf wada karena walaupun orang-orang berjejal di dalamnya kita tak akan pernah bosan untuk sekedar memandangi peninggalan yang mulia ini.

Selesai berdoa dan memuji ke hadirat ilahi "bimillah walhamdulilah" aku langsung thawaf di sekitar ka'bah, sa'i diantara bukit shafa dan marwah dan terakhir tahalull. Karena sering bersentuhan dengan teori-teori yang demikian baik sisi sejarah, tata cara, maupun sisi ilmiyah juga dibarengi oleh petunjuknya semua manasik ku kerjakan dengan lancar tak ada gangguan yan berarti, setelah tahallul maka selesai pulalah rukun umrah. Untuk melenturkan otot-ototku setelah selesai tahallul aku berbaring di tempat yang kosong selama sepuluh menit, walaupun setelah melakukan shalat sunat ba'da thawaf aku langsung minum air zam-zam namun aku tidak bosan-bosan untuk meminumnya, ku teguk lagi air zam-zam itu sejuk,,,sungguh sejuk suatu kenikmatan yang tiada tara bagi para jamaah haji.

Andai saja tidak kelelahan mungkin masih ada waktu untuk melakukan shalat sunat, berdoa dan berzikir di hijir ismail. Keutamaan shalat di Hijir Ismail itu sama dengan shalat di dalam Ka’bah. Ini diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah r.a. yang berbunyi "Dari Aisyah r.a. katanya; 'Aku sangat ingin memasuki Ka’bah untuk melakukan shalat di dalamnya. Rasulullah SAW membawa Siti Aisyah ke dalam Hijir Ismail sambil berkata, ”Shalatlah kamu di sini jika kamu ingin shalat di dalam Ka’bah, karena ini termasuk sebagian dari Ka’bah", namun karena tubuh ini perlu istirahat setelah selesai semuanya kuputuskan pulang ke pemondokan.

Selesailah kewajiban pertama yaitu umrah, jarak antara selesainya umrah dengan rangkaian ibadah haji itu sekitar satu minggu, selama satu minggu ini kugunakan dengan berziarah dan menafaktilasi sejarah Rasululah Saw dengan berziarah ke tempat-tempat sejarah macam gua hira dan gunung tsur, melakukan umrah badal, dan lain sebagainya. Karena sudah beberapa tahun aku tinggal di negara Mesir yang sama-sama arab, sisi kehidupan, corak budaya dan pergaulan orang-orang Arab Saudi tidaklah membuatku aneh, yang membuatku heran adalah kota Makkah yang begitu panas membakar kulit padahal ini di bulan Nopember, usut punya usut akhirnya kutemukan juga jawabannya.

Satu yang menjadi kado buatku adalah aku berkenalan dengan seorang profesor asal Iran yang bernama prof. DR. Alireza Jahangiri, salah satu guru besar di Islamic Azad University of Damghan Iran, dan dosen terbang di Oxpord university. Kukatakan kado karena aku banyak menimba ilmu darinya bahkan aku diajaknya makan malam sambil berdiskusi tentang keislaman dan perbandingan mazdhab.

tanggal 8 Dzulhijjah tiba saatnya panggilan itu harus kupenuhi, tanggal ini biasa dinamakan hari tarwiyah hari dimana kita mulai mengambil miqot untuk haji dan mulai berangkat ke mina untuk melaksanakan mabit. Setelah mandi, memakai pakaian ihram dan shalat sunat di pemondokan kuihramkan kembali diriku untuk haji " Labbaikallahumma Labbaik Labbaika La syarika Laka Labbaik Innalhamda Wanni'mata Laka Walmulk La Syarika Lak "

bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun