Mohon tunggu...
Rahmat Buldani
Rahmat Buldani Mohon Tunggu... -

Pria kelahiran Bogor 1986 ini hanya orang biasa, tapi punya harapan yang sangat luar biasa. Punya hobi membaca dan menulis (walau tulisannya sangat jelek tapi tetap semangat). Yang pasti suka mencari, mendengar, melihat dan mempelajari banyak hal dari orang lain untuk dijadikan sebuah pelajaran... untuk tulisan-tulisan lainnya bisa dibaca, dicoment, dilihat, atau cuma diejek silakan lihat di: www.asrah86.multiply.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Ingin Menulis

25 Januari 2010   22:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:16 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam makin larut, tak ada cahaya lampu yang menyinari, tak ada suara yang menyapa, hanya kegelapan dan keheningan yang menyertaiku. Arloji menunjukkan angka 01.07. Sudah terlalu malam memang, tapi heran kenapa aku tak beranjak untuk membaringkan tubuh ini, tak membutuhkannya? bukan...sama sekali bukan itu, malah sebaliknya tubuhku sudah terlalu lelah dan payah untuk diporsir seharian, ya... tapi kenapa? entahlah mata ini susah untuk aku pejamkam. Tak ada pilihan untuk aku pilih, yang ada hanya satu keputusan yang harus aku tentukan.

Seperempat jam berlalu tapi mata ini seakan sulit untuk aku pejamkan, akhirnya keputusan hanya satu, aku harus mengerjakan sesuatu untuk merangsang rasa kantuk. Ku nyalakan komputer bututku yang barusan aku matikan. Tapi apa yang akan aku kerjakan? seperti kekurangan ide untuk mengobati kejenuhan ini, aku hanya meng-klik icon microsoft word, tidak yang lain. Kugerakkan tangan ini untuk membentuk sebuah huruf, kata, sampai akhirnya berbuah satu kalimat. Hatiku hanya bergumam "kalau sudah begini tanggung aku tinggalkan" akhirnya kalimat itu berubah wujud menjadi paragraf. dari satu paragraf menjadi dua, tiga dan seterusnya. Tapi dasar gila, kuhapus kembali kalimat-kalimat itu. Tak ada huruf, tak ada kalimat apalagi paragraf, semuanya habis aku hapus.

Ah kenapa aku lakukan ini? bukankah tadi aku hanya mengusir rasa kesal karena tak bisa tidur? tapi bukannya ngantuk yang kurasakan, mata ini malah lebih kejam lagi, ia tak mau dipejamkan sama sekali. Ada satu kompromi ternyata
"kau tak akan bisa terpejam sebelum kau bantu si tangan untuk menulis sebuah kalimat" ujar si nurani

Akhirnya tangan ini terus menari di atas keyboard, aku terus mencari huruf demi huruf, kata demi kata, sampai kalimat itupun tercipta "Aku Ingin Menulis". Keinginan yang Ngawur, di tengah lelahnya tubuh yang seharian disiksa terus tanpa istirahat, harus ditambah dengan satu pekerjaan lagi. masa bodoh dengan semua itu, aku hanya ingin menuntaskan keinginanku.

Hanya keinginan tentunya, ya setidaknya itu mencerminkan harapan, dari harapan timbul mimpi dan dari mimpi lahirlah sebuah usaha dan pengorbanan. Tak terkecuali keadaanku seperti ini, sudah lelah tapi mengapa aku belum beranjak menarik selimut, untuk bersama-sama rebah dalam kehangatan? jawabannya karena aku masih punya keinginan untuk menuliskan cerita ini. dan aku akan korbankan kelelahan demi keinginan ini.

Sesudah aku menuliskan kalimat yang hanya terdiri dari tiga kata itu, timbul satu masalah apa yang akan aku tulis??? ah mending nulis pengalaman yang tadi siang, buat apa kan sudah kutuliskan di buku diary?, atau nulis profil seorang tokoh paforitku, atau puisi, atau nulis hasil riset kecilku. Brengsek, aku memilih pilihan yang terakhir, siksaan keduapun tiba karena aku harus membaca kembali rangkuman-rangkuman yang aku buat. Satu halaman, dua halaman, sampai beberapa halaman aku membacanya, makin tak karuan saja. Aku memakluminya bagaimana bisa konsentrasi otak sisa siang dipaksa-paksa terus. jadi, sampai disini belum ada yang aku tuliskan selain yang tiga kata itu.

Ku bolak-balik lagi halaman demi halaman, nihil... tak ada yang aku hasilkan, semuanya sudah tumpul. Mending merebus mie dulu ah, permasalahan ini sudah merambah kemana-mana dari susah tidur, mau nulis sampai urusan makan segala. Habis makan Mie, kurasakan suhu udara mulai berbeda, seperti ada tawaran untuk melarutkan diri dalam mimpi dan merebahkan tubuh lelah ini dalam kasur tanpa rupa. Hampir saja aku tergeletak dan hanyut dalam ketidak sadaran. Tiba-tiba aku teringat belum mematikan komputerku. Aku memaksakan diri untuk bangkit kembali, ku goyangkan mouse itu, masih terlihat di layar monitor "Aku Ingin Menulis" Alamak!! masih belum aku lanjutkan. Memang tadi masih ada keinginan tapi sekarang sudah ngantuk mana ingat keinginan itu. Aku hampir saja meng-close-nya, tapi seperti ada ilham yang menyapa, aku urungkan niat itu. Akupun merangkai huruf sebisaku, menyisir perbendaharaan kata semauku, acak-acakan tak teratur begitulah susunan kalimat yang ku tulis.

Keputusan meng-close akhirnya bulat, tak ada yang aku hasilkan di balik itu, judul tiga kata itu? semuanya aku delet tak ada yang tersisa satu huruf-pun. Karena kurang puas, aku tulis lagi judulnya, lalu kutulis kalimat pertama sesudah judul itu "Malam makin larut, tak ada cahaya lampu yang menyinari,,," dan seterusnya, akhirnya terwujudlah keinginanku malam ini dan mewujudlah satu tulisan jelek seperti ini.

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun