manusia di ciptakan kenapa kita di ciptakan dan siapa yang menciptakan semua yang ada di alam ini. Siapakah diri ini mau kemana akan kemana dan bagaimana kelak kehidupan nanti , apakah kita hidup lalu mati lalu di bangkitkan pada waktu yang lain atau hidup lalu musnah tanpa menyisakan apa apa. Apa tujuan
Allah SWT berfirman di dalam alquran surah Az Zariyat ayat 56 yang berbunyi Wa ma Khalaqtul Jinna wal insa illa liya budu .Â
'Tidak aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku'. Dalam ayat ini Allah menuntun kepada kita agar kita mengenal (marifat) kepada nya.
'Man arofah nafsahu faqoth arofa robbah' Barang siapa mengenal dirinya maka mengenal siapa tuhannya. Kata-kata yang masyhur di kalangan para penempuh jalan penyucian jiwa sejak ribuan tahun lalu ini menjadi sebuah refrensi meski begitu, tidak semua orang meyakini kata-kata tersebut adalah sabda Rasulullah SAW. Sebagian bersikeras bahwa itu bukan hadits nabi.
Dalam kitab Misbah Syari'ah dari cicit Rasulullah SAW, Ja'far as-Shadiq. Rasulullah SAW menyampaikan kata-kata agung tersebut kepada sahabat Ali Kwj. dan hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Ja'far as-Shadiq, yang memperolehnya dari jalur kakeknya, Ali karomallahuwajhah (Kwj) dari  lisan Rasulullah SAW pernah menyampaikan kalimat itu pada sahabat Ali Kwj. yang disebut Rasulullah SAW sebagai "gerbang dari ilmu-ilmu Rasulullah SAW".
Manusia terdiri dari dua unsur yaitu unsur lahir dan unsur batin , unsur lahir membutuhkan sesuatu yang bersifat real atau nyata seperti pemenuhan kebutuhan dasar sandang pangan dan papan , kebutuhan eksistensi dan pengakuan , penghormatan nama baik dan sebagainya.
Namun dibalik semua kebutuhan lahir tersebut manusia membutuhkan rasa aman nyaman kesejukan dan kebahagian yang hakiki , dalam unsur batiniah dalam diri sebenarnya diri, manusia membutuhkan rasa kepuasan di mana ada rasa yang bisa di rasakan oleh indra perasa seperti lidah yang mampu merasakan manis pahit asam asin dan sebagainya. Begitu juga dengan rasa bahagia senang gembira sedih dan lainnya lalu dari manakah rasa bahagia itu bermula.
Kebahagian hati ketenangan dan ketentraman jiwa merupakan manifestasi dari unsur batiniah atau ruhaniah dalam diri setiap manusia , itulah dasar pemikiran bahwa manusia merupakan dua unsur yang terdiri dari lahir dan batin.
Dalam pandangan Socrartes sorang filsuf Yunani kuno,yang dikenal sebagai salah satu bapak filsafat barat dalam metodenya yang terkenal, yaitu "socratic method", telah memberikan kontribusi besar dalam menyelidiki kebenaran suatu masalah.Â
Bagi Socrates, kebijaksanaan adalah hal paling penting dalam hidup. Ia meyakini bahwa "kebaikan adalah pengetahuan", dan orang yang bijaksana adalah mereka yang tahu apa yang baik untuk dilakukan dan melakukannya.
Dalam pandangannya, kebijaksanaan dapat dicapai dengan menjalani hidup yang bermartabat dan bermoral, hidup sesuai dengan etika dan nilai-nilai yang baik. Tiga dasar kebijaksanaan menurut Socrates menjadi pijakan penting untuk mencapai hidup yang bermakna.
Korelasi dalam mengenal diri terkait hadist man arofa nafsahu faqoth arofa robbah terkait dengan pandanga Socrates adalah mengetahui sebenarnya dengan pengetahuan yang teakreditasi dengan jelas tanpa ada sesuatu pun yang dapat membantah akan kebenaran tersebut. Bahkan kebenaran tersebut menjadi sebuah acuan untuk dilakukan nya kajian kajian dan  pendalaman dengan melakukan penelitian untuk menemukan kebenaran kebenaran lainnya bagi sumbangsih dalam ilmu pengetahuan.
Agama adalah sebuah jalan menuju kepada kebahagian yang sesungguhnya , Â agama berasal dari bahasa Sansekerta ini adalah suatu hal yang kekal, tidak berubah dari kehidupan manusia, dan memiliki peraturan atau ajaran yang mengikat setiap pemeluknya sehingga kehidupan para pemeluknya tidak menjadi kacau.
Makna dari kata agama inilah yang dipakai oleh para filsuf dan teolog sebagai pedoman untuk menjelaskan agama kepada para pengikutnya agar menciptakan dunia yang tentram dan damai.
Dalam surah alfatehah ayat 7
shirothal lazdina an'amta 'alaihim ghairil maghdlubi 'alaihim wa ladl dlollin
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang Sesat
Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, berupa keimanan, hidayah, dan rida-Mu. Mereka itu, seperti dijelaskan dalam Surah an-Nisa' surat 4 ayat 69. Mengikuti jalan nya para nabi yang telah dipilih Allah untuk memperoleh bimbingan sekaligus ditugasi untuk menuntun manusia menuju kebenaran Ilahi.Â
Semoga bermanfaat : Rahmat Budianto
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H