Mohon tunggu...
Rahmat Budianto
Rahmat Budianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Aktivis , Akademisi

Mahasiswa IAILM Suryalaya Prodi KPI, Jurnalis, Berita , TV Radio Film, Video Grafi , Sineteon Wisata , Kuliner, Pendidikan ,Sosial , Sejarah , Seni Budaya,

Selanjutnya

Tutup

Horor

Misteri Sang Juru Kunci Keramat

17 Februari 2024   01:41 Diperbarui: 17 Februari 2024   01:44 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini memang terasa agak panas entah karena hujan yang tertahan atau memang akibat pergantian musim yang tidak menentu , usai membaca alquran ku ambil segelas teh hangat yang memang telah tersedia di atas meja sedikit demi sedikit ku teguk teh hangat tanpa gula dengan aroma teh alami yang khas  meresap pada indra perasa hingga kurasakan rasa nyaman menentramkan jiwa, aku bersyukur dengan semua nikmat yang telah ku terima.Semilir angin mulai terasa menyejukkan, ku tarik nafas melalui hidung sedetik kutahan lalu ku hembuskan perlahan , suhu udara satu jam lalu yang terasa panas berubah drastis menjadi dingin namun lebih terasa sejuk .

"KERAMAT" entah siapa yang memberi nama keramat pada tempat ini , di bawah pohon beringin yang konon telah berusia ratusan tahun berdiri sebuah bangunan yang lebih mirip dengan sebuah rumah layaknya rumah penduduk jaman kuno mirip dengan arrsitektur sederhana berbentuk potongan rumah gudang , di dalam ruang bangunan rumah keramat ini lebih cocok di sebut pendopo tempat berkumpulnya para tamu yang datang menemui juru kunci pada jaman itu , mereka duduk bersila diatas tikar pandan namun tikar itu kini telah beralih menjadi sebuah karpet yang lebih praktis dan awet lebih tahan lama ketimbang dengan tikar yang terbuat dari anyaman daun pandan berduri.

Sang juru kunci dengan kopiah hitam yang telah memudar warnanya , lebih kepada warna ke unguan  terbentuk warna alami yang di sebabkan warna yang telah semakin memudar akibat terlalu lama di pakai ,bukan karena tak mampu membeli kopiah baru , namun karena sudah kadung terasa nyaman di kepala sang juru kunci.

Aroma harum kayu Gahru dan cendana bercampur dengan aroma kemenyan menambah suasana malam itu semakin terasa mistis dan sakral.

Sang Juru kunci berkata kepadaku , "bikinin mbah kopi,  bikin 14 gelas terus bawa kedalam buat suguhan mbah" dengan logat bahasa Depok yang kental.

Ini udah jam 5 sore , ntar malem , malem jumu'ah bapak mau siap siap dulu ngerapihin ruang ukub (ruang tempat berdo'a) sekalian nyalahin api pedupaan , kalo kopinya udah jadi , elu bawa kedalem , "iya Wa sahutku dengan rasa hormat.

14 gelas berisi kopi dan rupa rupa minuman sudah siap ku antar kedalam , sambil membawa nampan kaleng berbentuk bulat berwarna putih bermotif kembang ros merah jambu bertangkai dan bergambar daun.

Wa , "ini kopinya udah" , ucapku . bawa sini masuk , jawab uwak Kunci. Kuserahkan nampan gelas berisi 12 macam minuman dan 2 gelas berisi buah rujakan 7 rupa. aku penasaran apa yang uwak kunci lakukan dengan suguhan itu. Tanpa di ketahui oleh uwa kunci aku nguping di balik gorden pintu berwarna hijau toscha sambil konsentrasi mendengarkan apa yang diucapkan saat uwak kunci memberikan suguhan di dalam ruang ukup.

"Assalamualaekum.. wa alaekum salam , uwak berucap salam dia yang mengucap salam tapi dia juga yang menjawab salamn itu,  'aneh pikirku' .

Uwak melanjutkan kata kata dengan logat bahasa asli depok , sampai tuntas aku dengarkan kalimat perkalimat yang di ucapkan nya, saking fokus nya aku mendengarkan dan menghafal yang di ucapkan uwak kunci sampai aku tidak sadar bahwa beliau sudah ada di depan aku, " lu ngapain di situ" tanya uwak kunci terheran heran . "ehh nggak wak nggak ngapa ngapain tadi cuma dengerin uwak di dalam baca apa?, jawab ku gugup. Eehh ya udah sonoh keluar , sebentar lagi anak cucu mbah banyak yang pada dateng, biar pada gampang milik rejekinya biar pada sehat nyampe kemari tanpa ada halangan. Ucap uwak sambil duduk membakar rokok jinggo kesukaan nya.

Aku hanya menjawab, " iya wak" , dalam hatiku ingin membuktikan apa yang beliau katakan , apa benar anak cucu atau tamu akan banyak yang datang?, sebab cuaca saat ini mendung awan hitam dan angin dingin pertanda membawa air yang sangat banyak, akan turun hujan dengan deras .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun