Mohon tunggu...
Rahmad Arbadilah Damanik
Rahmad Arbadilah Damanik Mohon Tunggu... Aktor - Penulis Lepas

Communication Student - Riau University

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Question Mark (Zuckerberg)

31 Oktober 2023   09:23 Diperbarui: 31 Oktober 2023   09:44 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hidup penuh dengan tanda tanya. Hal itu diungkapkan karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi, katanya. Benar.. namun dalam hidup, tanda tanya juga kadang muncul ketika seseorang ingin mencari tahu akan suatu kebenaran atau mungkin sekedar luapan penasaran semata. Hal itu didasari oleh faktor keheranan dan juga keterbatasan diri.

Banyak hal, atau katakan saja beberapa penemuan dan ilmu pengetahuan di dunia ini tercipta karena tanda tanya. Sehingga muncullah teori yang menjelaskan akan alasan mengapa suatu fenomena itu terjadi. Atau penemuan alat yang membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaannya. It's because of the mark question.

Manusia Indonesia merupakan makhluk yang kritis, contohnya ketika alif cepmek selalu dicercai pertanyaan-pertanyaan, beliau selalu berkata "kamu bertenye-tenye?" Belum lagi kalau seseorang malu bertanya saat diperjalanan, maka akan jadi SESAT!

Manusia merupakan makhluk yang suka penasaran sedari kecil sampai sudah di alam lain sekalipun (baca: arwah penasaran).

Sedari kecil contohnya, dengan mempertanyakan apa saja yang kita lihat, kemudian menanyakannya kepada orang tua kita secara berulang-ulang dan berkelanjutan, "Bu, Buwung apa tu man?" misalnya. Atau "kenapa hewan seperti banteng disebut 4 kakinya bu? Bukannya 2 kaki dan 2 tangan bu?" Ibunya menjawab dengan berpikir keras dan sedikit tidak yakin akan jawabannya "karena kalau itu difungsikan menginjak tanah utk berjalan sehari-hari, maka bisa dikatakan itu adalah kaki". Anaknya kemudian bertanya lagi, "oh, trus kenapa banteng dijadikan bendera?
(Sebagian teks hilang)...

Trus apakah kalau kita sering bertanya, lantas kemudian kita akan menjadi filsuf, dan kemudian atheis? Tentu tidak, tergantung jenis dan tingkat kekritisan dari pertanyaan tersebut. 

Apakah jika kita suka bertanya berkali-kali kepada orang lain lantas kita akan menjadi filsuf? Tentu tidak, lebih ke menjadi babak belur! Dan apakah berkali-kali mempertanyakan kinerja pemerintah yang belum terealisasi, apakah lantas menjadi filsuf? Tentu tidak, lebih ke "hilang" saja. (Chuaks kata anak sekarang).

Sebagai penutup (agak serius), ada hal-hal yang sepatutnya penting untuk ditanyakan pada diri sendiri. Namun pertanyaan-pertanyaan ini sering luput pada kebanyakan kita. Yakni tentang "Apa tujuan hidup kita di dunia ini? Mengapa itu kemudian menjadi tujuan kita? Dan bagaimana untuk meraih tujuan itu?"
Setiap orang mungkin memiliki jawaban yang berbeda-beda.

Namun teruntuk muslim, harap jawaban antar kita ada samanya. Hanya saja cara yang ditempuh mungkin berbeda-beda. Ya ngga sih? Mungkin kalian paham orientasi jawaban ini kemana. Tapi jangan sok tahu, karena kita ga kenal! Hihi..
.
(RAD, 2023)
--
Udh lama ga update, sampai ketemu ditulisan random berikutnya.
Illustration: Ig @ra.dsgn_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun