Hamil dan memiliki keturunan merupakan dambaan bagi banyak pasangan. Buah hati merupakan titipan Yang Maha Kuasa dengan segala ketetapannya.Â
Ada yang mendapat momongan tidak lama setelah menikah dan ada pula yang harus menunggu sampai beberapa waktu hingga diberi amanah untuk mengasuh si malaikat kecil ini.
Kita tahu bahwa diberikan momongan merupakan sebuah takdir dari sang pencipta namun namanya manusia harus juga berusaha semaksimal mungkin.Â
Tapi banyak juga orang lain disekitar pasangan yang belum dikaruniai anak ini memberikan komentar negatif yang terkadang memaksa pasangan untuk cepat-cepat punya keturunan agar menghilangkan stigma dari orang disekitarnya.
Pada artikel ini sebetulnya tidak membahas mengenai pengalaman program hamil karena saya yang mahasiswa bujangan ini belum punya pengalaman tersebut tapi saya akan membahas suatu gangguan psikologis karena mendambakan kehamilan yakni pseudocyesis atau hamil palsu. Simak ulasannya.
Apa Itu Pseudocyesis?
Pengertian dari pseudocyesis sendiri adalah sebuah kondisi dimana seorang wanita merasa dirinya hamil dan ditandai dengan beberapa gejala yang terjadi pada ibu hamil seperti morning sickness, penambahan berat badan, bahkan perut terkadang juga membesar tetapi kenyataannya secara medis dia tidak hamil.
Kasus dari pseudocyesis atau hamil palsu ini berbeda dengan hamil anggur atau janin tidak berkembang karena sebabnya berasal dari perkara medis sedangkan hamil palsu kebanyakan disebabkan oleh perkara psikologis.Â
Presentase dari kasus hamil palsu ini sebesar 0,027% atau pada 22000 kasus kehamilan terdapat 6 kasus yang dikatakan hamil palsu.
Dalam spesifikasinya sebagai gangguan psikologis, pseudocyesis masuk kedalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-5) sebagai salah satu gangguan somatik dan kelainan terkait.