*Judul Buku: Diri Yang Tak Ditemukan
*Penerbit: IRCiSoD
*Penulis: Carl Gustav Jung
*Penerjemah: Rani Rahmanilah
*ISBN: 978-602-7696-40-2
*Jumlah Halaman: 201
*Harga: Rp. 60.000
Buku yang berjudul asli bahasa inggris The Undiscovered Self ini merupakan karya dari Carl Gustav Jung, seorang psikolog yang terkenal di mazhab psikoanalisis.Â
Jung tidak dapat dipisahkan dari dunia psikologi karena teori-teori hebatnya yang sangat berguna di bidang tersebut. Dari konsep tentang arketipe, ketidaksadaran, persona, bayangan, hingga anima dan animus merupakan buah pikiran dan risetnya yang berkontribusi besar dalam dunia psikologi.
Jung semasa hidupnya sangat sering menulis hasil risetnya dan menerbitkan karya-karyanya yang berkaitan dengan psikoanalisis. Bahkan setelah beliau meninggal terdapat beberapa karya yang belum sempat diterbitkan dan baru diterbitkan setelah kematiannya.Â
Buku-buku beliau yang telah saya baca selain buku ini antara lain Psikologi dan Agama, Empat Arketipe, dan The Spirit in Man, Art, and Literature.
Buku ini sebenarnya merupakan rangkuman dari perbincangan Jung dengan Dr. Carleton Smith, direktur dari National Arts Foundation. Tulisan dari Jung mengenai perbincangannya itu akhirnya menarik perhatian editor The Atlantic Monthly Press untuk menerbitkannya.Â
Buku ini sebetulnya dibagi menjadi banyak bab namun saya akan membagi tiga bagian karena dirasa memiliki tema yang sama, yaitu: Manusia Modern di Barat dan Pandangannya Pada Agama, Pemahaman Individu pada Dirinya dan Pendekatan Filosofisnya pada Kehidupan, dan Pengenalan Diri dan Maknanya.
Manusia Modern di Barat dan Pandangannya Pada Agama Â
Manusia di zaman modern ini adalah manusia yang memakai ego-kesadarannya demi menafsirkan dunia. Namun itu merupakan kesalahan fatal dimana kita hanya menggantungkan pada pengetahuan yang bersifat statistik dan mengabaikan perbedaan individu yang sejatinya merupakan keunikan yang irasional. Pada akhirnya moral akan terganti dengan kebijakan negara berdasarkan rasional statistika tersebut.
Pada akhirnya negara akan menjadi sosok otoriter dalam pengaturan kehidupan manusia. Namun agama ada untuk menyeimbangkan hal tersebut dimana manusia tunduk pada kekuatan irasional Tuhan.Â