Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tragedi Ambruknya Papan Tulis Tua

17 Oktober 2021   11:56 Diperbarui: 17 Oktober 2021   11:59 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com

 Sang papan tulis juga melihat beberapa anak laki laki menaruh secarik surat ke dalam kolong meja teman perempuan nya. Ia merasa bingung tentang kejadian tersebut, tapi ia tak menanggapi dengan serius karena hanya sebagian kecil saja yang melakukan nya, dan itupun dilakukan sembunyi-sembunyi dan mereka sangat malu jika diketahui siswa lain.

 Belakangan ini ia baru mengerti bahwa itu merupakan cara untuk mengutarakan cinta seseorang kepada orang yang di sukai nya.


Tahun-tahun berselang tampak kelakuan Surat-menyurat tersebut makin marak terjadi bahkan beberapa ada yang mengatakan langsung di depan orang yang mereka sukai. 

Dan beberapa murid tampak nya tidak bersemangat belajar terlihat dari banyaknya murid yang tidur. Hal-hal tersebut membuat papan tulis makin bingung, dan sekarang sudah jarang lagi yang mencorat-coret dirinya.


Setahun setelah nya sang papan tulis melihat beberapa anak memegang suatu alat berbentuk seperti papan kecil yang dapat berbunyi.

 Mereka tampak asik memainkan alat tersebut yang membuat mereka lupa belajar dan bahkan membuat keributan dan perkelahian. 

Para guru sudah mengatasi dengan mengambil alat itu, akan tetapi beberapa siswa banyak yang tidak terima lalu mengacuhkan pelajaran si guru. 

Setelah itu banyak guru yang tidak di hormati, kadang mereka diacuhkan dengan siswa yang tidur dan mereka kadang di ejek oleh siswa nya sendiri.
Ingin rasanya sang papan tulis memperingatkan mereka tapi apa daya ia hanya sebuah papan tulis yang tidak bisa berbicara. 

Kekesalan, kemarahan, dan kesedihan nya hanya terkurung di dalam tubuhnya yang kian lama membuat nya rapuh dan mur-mur yang memasang tubuhnya ke dinding berkarat. Ia tidak bisa berbuat apa apa.

 Sedangkan kelakuan para siswa tersebut makin menjadi jadi.Dan setelah sepuluh tahunnya ia disini tak ada yang berubah bahkan malah makin buruk kelakuan mereka.

 Beberapa sudah terang terangan pacaran dan merayakan satu bulan hari jadi mereka dan beberapa juga sudah berani melawan guru, bahkan beberapa siswa sudah sering didapati merokok. Kenyataan tersebut membuat karat pada mur pengikatnya makin banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun